Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mana Tahan yang Ngga Bisa Ditahan Terinspirasi Judul-Judul Film Warkop

12 Juni 2021   21:18 Diperbarui: 10 September 2022   16:06 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesan pertama begitu menggoda...selanjutnya bla bla bla

Bicara soal pelecehan seksual dan cara mencegah pelecehan, sejatinya tak hanya untuk kaum wanita saja.Para pria pun bisa menjadi korban. Lantaran orientasi seksual bisa mencair kemana-mana. 

Kasus heboh yang menimpa Reynhard Sinaga, WNI peleceh di Inggris sana, mungkin bisa membuka mata kita bahwa semua gender punya resiko yang sama. 

Ya..kita emang lagi hidup di fenomena yang namanya dalam tanda petik 'leceh-melecehkan'. Berdasarkan KBBI, melecehkan artinya memandang rendah (tidak berharga); menghinakan atau mengabaikan. 

Di medsos, coba amati. Begitu mudahnya, akun akun di Twitter melecehkan seseorang lewat unggahan teks dan video,meski mereka sadar ada undang -undang ITE yang bisa menjerat. 

Ketika arus komunikasi begitu terbuka, teknologi mendukung, ranah pelecehan tak hanya terjadi secara manual tapi juga digital. 

Bila flashback ke 20 atau 25 tahun lalu, masa dimana HP masih barang langka dan hanya segelintir penggunanya, pelecehan seksual kerap terjadi secara fisik. Namun sekarang, telah bertransformasi. 

Lewat HP bisa secara teks, gambar, atau video call, ditujukan untuk menyerang atau mengintimidasi seseorang secara seksual. Bahkan undangan merayu korban dengan iming-iming sesuatu, bisa lewat email pribadi dengan akun sebenarnya atau akun palsu. 

Perempuan dilecehkan sudah banyak contoh kasus. Bagaimana dengan laki-laki bila mendapat perlakuan tak senonoh? Ada juga meski data nya tak sebanyak wanita. 

Kuat secara fisik bagi laki laki yang menjadi korban, tak semudah kuat secara mental bila itu terungkap ke publik. 

Ungkapan boys don't cry terbawa ke alam bawah sadar. Saya sendiri cukup terkejut kala menemukan curhatan lewat kisah video dan tulisan. Dan pelakunya bisa perempuan,bisa laki-laki juga. 

Pertanyaannya, apa yang membuat seseorang terdorong melakukan itu? Terinspirasi dari judul -judul film komedi Warkop, sejumlah hal ini bisa jadi katalisator : 

1. Kesempatan dalam kesempitan

Meminjam judul film tahun 1985 ini, realitasnya memang banyak pelaku mengambil keuntungan dari yang "sempit-sempit" dalam tanda petik. 

Contoh : sempit-sempitan di bis kota, sempit-sempitan di kereta, sempit-sempitan di angkot, sampai sempat-sempatnya dalam sempitnya waktu ngelakuin di rumah. 

Ketika istri tak ada dirumah, majikan pria melancarkan aksinya ke pembantu wanita yang bodinya aduhai, seperti di film warkop tahun 1991 yang judulnya Mana Tahan...Atau bisa jadi majikan suami tak ada, giliran sopir pria muda yang mendekati majikan perempuan. 

Bahkan anak-anak remaja dan bocah, bisa dilecehkan di sekolah, dalam sempitnya waktu di kelas atau kala berada di toilet. 

Pelaku menerapkan hukum ekonomis, dengan waktu sesempit-sempitnya kesempatan, berusaha mendapatkan kepuasan dengan harapan tak diketahui orang lain. 

2. Atas boleh bawah boleh.


Daya tarik tubuh seseorang itu mulai atas sampai bawah terbawa secara visual dalam benak pelaku. 

Mungkin itu bibir si wanita yang merah merona hingga pinggulnya yang bak gitar dari Belanda meski tali senarnya putus satu. Membikin jari -jari para pria pelaku mana tahan untuk mencolek. 

Sebaliknya laki-laki yang berwajah tampan dan atletis, apalagi yang berondong, kadang malah menggoda mata wanita dewasa. 

Salah satu alasan drakor alias drama korea begitu digilai oleh wanita Indonesia mungkin lantaran suaminya atau pacarnya tak secakep Lee Min Hoo, Hyu Bin atau Park Seo Joon. 

Seperti mimpi indah berakhir buruk. Malam begadang nonton drakor,mimpi bertemu pangeran muda dari negeri ginseng. Atau kalo ngga setidak-tidaknya Aldebaran lah. Eh bangun pagi ketemu lagi Si Pitung masih sarungan di sebelahnya. 

3. Mana tahannn....

Ketika pelaku mengamati korban, dan merasa ada kesempatan dan ruang,yang timbul dibenaknya adalah strategi untuk menuntaskan hasratnya yang tak bisa ditahan. 

Di kantor misalnya, sang sekretaris wanita dipanggil ke dalam ruangan Si Boss atau atasan (Head) melakukan pelecehan semacam meraba, menyentuh, menyenggol bagian-bagian tubuh korban yang secara status adalah bawahannya. 

Masih ingat kasus heboh Baiq di Lombok NTB sekian tahun silam, yang akar permasalahannya berawal dari pelecehan atasan kepala sekolah ke bawahan, yang akhirnya berujung hukum dan menyita perhatian warga di tanah air. 

Seseorang yang memiliki status lebih tinggi atas korban, dalam hal apapun itu, kadang bisa tergoda melecehkan mereka yang berada di bawahnya, karena memanfaatkan otoritasnya demi hasrat yang tak bisa ditahan. 

Parahnya, tak sedikit korban, malah tak melapor atau takut mengadukan karena berpikir itu akan bisa menghentikan karirnya atau membuat dia bisa didepak dari pekerjaan tersebut.Apalagi bila mengingat jasa dan bantuan dari si pelaku terhadap dirinya dan posisinya di pekerjaan. 

Bisa -bisa dari yang awalnya takut dan malu, lambat laun bisa jadi malah membiarkan dan menikmati. 

Akhirnya sama lagi kayak judul film warkop, depan bisa belakang bisa. Maksudnya ngga hanya di belakang secara sembunyi-sembunyi, tapi di depan orang lain pun tanpa sungkan memamerkan kemesraan berbalut pelecehan. 

Dua sisi pencegahan terjadinya pelecehan

Dibilang 2 sisi, karena upaya meminimalisasi resiko ditujukan agar tak menjadi korban dan tak menjadi pelaku juga. Terinspirasi dari judul -judul film Warkop juga, ini mungkin upaya yang bisa dilakukan

1. Menghindari menjadi korban

a. Tahu Diri Dong

Tahu diri soal busana apa yang dikenakan dan pada saat apa, sehingga tak membangkitkan visual erotis di otak pelaku. 

Misalnya belahan dada yang sedkit terbuka, daster yang longgar dan transparan, baju tertutup tapi ketat dari atas sampai bawah, atau ada belahan di samping seperti jendela kecil yang mengundang orang untuk mengintip. 

sumber:warkopdki,com
sumber:warkopdki,com
Dilema juga sih, karena tren beraneka busana dan mode terus berkembang,terutama di dunia wanita, namun di satu sisi, pelecehan seksual juga bisa dipicu lantaran busana yang minim. 

b. Salah masuk...eh hati-hati

Salah masuk ini judul film warkop tahun 1992. Meminjam judulnya, korban seharusnya waspada dan berhati-hati bila salah masuk dan berada pada tempat dan posisi yang mengundang orang lain bisa melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya. 

Datang ke sebuah bar disoktek atau tempat dugem untuk sekedar minum -minum, hang out, dan berdansa,itu rasanya sama saja seperti seekor rusa yang haus, lalu mendatangi sungai untuk minum. 

Rusa itu sadar di sungai itu bisa saja ada sekumpulan buaya yang bisa memangsa dirinya.

Pada contoh lain, berdempetan di ruang penumpang khusus pria, karena ruang khusus wanita sudah terisi semua, itu semacam membawa diri ke dalam pencobaan. 

Tak masalah, asalkan sudah siap membetengi diri dengan bahaya pelecehan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.  

Bekerja di tempat yang mungkin dalam tanda petik lingkungannya 'toxic pelecehan" seyogyanya mesti waspada dan membekali diri. Misalnya panti pijat, layanan spa atau pemandu karaoke alias LC. 

Demikian juga para laki -laki di klub kebugaran . Seperti yang terjadi di Surabaya, sekian tahun lalu, dimana seorang pria muda dilaporkan mengalami pelecehan di ruang sauna. 

Belum lagi ajakan wanita dewasa ala -ala Tante Girang yang merindukan belaian brondong manis. 

Bisa -bisa salah masuk, eh malah masuk beneran lalu lupa jalan pulang...Pencet sana pencet sini..eh pencet semua, malah terjerembab lebih dalam 

Kemudian mengadu, aku dilecehkan di sana. Nah ini pentingnya kehati-hatian. 

c. Pasukan Jangkrik Boss alias CHIPSS

Penting bagi orang tua, menjadi ibaratnya polisi mencegah tindak kejahatan, dalam fungsinya mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual pada buah hati atau anak-anak yang masih berusia di bawah 18 tahun. 

Memilihkan sekolah yang terpercaya, menitipkan anak ke asrama atau ke pembantu, mengawasi dengan siap saja mereka menghabiskan waktunya dan pengalaman apa saja yang diperoleh. 

sumber:id.wikipedia.org/Falcon Pictures
sumber:id.wikipedia.org/Falcon Pictures
Penting juga bagi orang tua mengenal tanda tanda khusus yang biasanya muncul manakala korban mendapatkan trauma pelecehan. 

Saat ini di kantor-kantor perusahaan atau di institusi, sudah ada saluran Whistleblowing, dimana pegawai secara independen dan rahasia bisa melaporkan indikasi kecurangan, tak hanya fraud, tapi juga termasuk tindak pelecehan di lingkungan kerja.  

Identitas pelapor dijamin kerahasiaannya. Cara melaporkan bisa lewat sms, WA, atau email ke lembaga independen yang digunakan perusahaan untuk menindak kejadian dan perilaku semacam itu. 

2. Menghindari sebagai pelaku. 

Pelaku juga manusia, bisa dari berlatar profesi, pendidikan dan beragam  status. Bagaimana agar tidak menjadi pelaku, 

1. Sabar dulu dong

Meminjam judul fim warkop tahun 1991 ini, maksudnya adalah digoda atau tergoda pada yang erotis, sejatinya adalah ujian terhadap kesabaran. Karena apa saja yang tak sabar, bisa berujung bencana atas diri sendiri ato diri orang lain. 

Kasus terbaru menimpa seorang selebgram Gofar. 

Ketidaksabaran merespon godaan mendatangkan bencana dan nila setitik atas karir dan pencapaian hasil karyanya. Tentu tak kurang bila menyebutkan sejumlah kasus lain di luar sana. 

Kesabaran hanya bisa dibangun dengan iman dan moral. Dan salah satu cara terbaik, mungkin dengan mencontoh salah satu kisah Nabi, yakni Yusuf atau yang biasa disebut Yosef. 

Manakala istri Potifar hendak menggoda dengan ajakan bermesraan, yang dilakukan Yusuf adalah menghindar dan lari kendati bajunya terkoyak dan dituduh melecehkan istri tuannya.

Jadi berlarilah ketika yang seksi seksi menggoda. Tapi bukan lari di tempat ya...apalagi lari mendekat

2. Jangan sampai pintar -pintar bodoh atau IQ jongkok

Nama dua judul film warkop rilisan tahun 1980 an ini, bisa diterapkan demi menghindari jadi pelaku. 

Mengapa? Karena dari beraneka kasus pelecehan seksual yang sudah terjadi dan diadukan, ada pelaku yang latar pendidikannya tinggi. 

Bisa S1, S2 hingga S3. IQ mereka tak jongkok alias cerdas. Lah kalo tak pintar, gimana bisa merengkuh gelar.

sumber:id.wikipedia.com./Parkit Films
sumber:id.wikipedia.com./Parkit Films
Namun manakala mereka dijerat kasus pelecehan seksual, apakah masih dipandang IQ tinggi dan pintar? Bisa jadi iya, bisa jadi juga. Tak menutup kemungkinan sejumlah orang akan mengatakan : Pintar tapi bodoh, atau IQ nya ngga dipakai. 

Jadi agar tak menjadi pelaku, sebaiknya sama seperti judul lain film Dono Kasino Indro ini : Tahu Diri Donk, Sudah Pasti Tahan dan Geer alias Gede Rasa. 


Hmm...Bagaimana menurut Anda? 

Salam 

Referensi :  1 2 3, 4.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun