Kucoba coba melempar manggis, manggis kulempar mangga kudapat...
Kucoba-coba melamar gadis, gadis kulamar janda kudapat...
Siang terik jam 1 siang hingga jam 3 sore boleh jadi itu jadwal kuliah yang penuh cobaan. Mana mata kuliahnya Statistik pula. Banyak hitungan matematis. .Â
Tapi sang dosen punya salah satu kiat agar mahasiswa tetap fokus meski diserang rasa kantuk. Bernyanyilah beliau di depan kelas.Â
Salah satu lirik lagunya seperti qoute di atas. Relevan dengan kisaran usia anak didiknya, yang sedang memulai petualangan di belantara perjodohan.Â
Sejatinya Sang Dosen ingin menanamkan juga konsep probabilitas. Semakin banyak pilihan yang dicoba, semakin besar peluang mendapatkan yang dikehendaki.Â
Meski realitanya, kadang tak sesuai harapan setelah sekian kali usaha. Dikira gadis, taunya janda... Tapi ngga papalah kalo janda rasa gadis...hehe.
Itu memori sekian tahun silam saat masih mahasiswa. Kisaran usia anak muda pada rentang 18 tahun hingga 24 tahun memang penuh dinamika. Salah satunya menemukan tambatan hati di antara bermilyar penduduk bumi.Â
Ketika masuk usia 25 ke atas, sudah mapan, sudah bekerja sudah mandiri, namun belum ketemu yang pas setelah sekian kali putus nyambung lalu robek kemudian dijahit lagi dan lagi.Â
Aduhh... itu perjodohan apa jahit kebaya. Ribet amat cocok-cocokkannya. Lha semuanya sama rasanya pas dipake jalan, kok mau dicoba-coba dulu?Â
Capek tauuk... Buang-buang umur. Belum lagi beraneka ongkos operasional dari mulai pedekate sampai pedebubaran. Alamakk... pegel Kak.Â
Move on dari usia 25 hingga usia 30 lepas dari trauma dengan kisah coba-coba mencari jodoh, agar tak mengulang kesalahan. Kata orang makin bertambah umur makin dewasa menelisik sisi kehidupan. Â