Hehe...lucu juga mengenangnya.Â
"Kamu anak laki-laki. Mama ngga mau kamu mati muda kayak Papamu," demikian kata Mama ketika Papa sudah berpulang.Â
Dan luar biasanya pesan orang tua. Dari kecil sampai usia sekarang, saya memang tak merokok dan juga miras.Â
Takut aja. Apalagi saya menyaksikan sendiri bagaimana sakitnya beliau.Â
Bahkan menghembuskan napas terakhir pun, saya berdiri bersama Mama di samping ranjang di Rumah Sakit Propinsi.Â
"Papa cuma PNS.. Yang Papa wariskan hanya pensiunan dan rumah. Mobil (dinas) akan dikembalikan ke kantor. Pelihara anak-anak Ma," masih terngiang pesannya beliau, meski sudah tak sadar dan meracau.Â
Meski itu  sudah lebih dari 30 tahun lalu, namun dalem banget. Setidaknya bagi saya anak cowok.
Sebagai Single Mother, sejak kecil, kerap Mama berpesan harus bisa mandiri sebelum usia 25 tahun. Karena tunjangan pensiun anak akan berakhir di usia segitu.Â
Harus bisa kerja. Cari uang sendiri. Harus sekolah semaksimal mungkin, demi menghargai apa yang Papa wariskan, meski besarannya juga tak besar.Â
Ketika kakak perempuan saya genap berusia 25 tahun, jatah uang pensiun berkurang.Â
Karena hanya dihitung sisa 2 anak 1 istri. Demikian juga ketika saya nyampe di umur 25 tahun, makin berkurang total uang bulanan pensiun.Â
Demi pesan Mama, saya bersyukur sebelum usia 25 tahun sudah bekerja.Â