Namanya juga tetanggaan, dengan deretan hunian tak berpagar ala-ala tahun 80 an hingga 90 an. Interaksi lepas dan begitu dekat.Â
Bahkan logat dan intonasi kekhasan daerah asal, yang meski sudah lama merantau, masih bisa terdengar dalam komunikasi sehari-hari di rumah mereka.Unik ya...hehe. Â
Geng Sekolah di SMP
Tak ada nama yang dilekatkan pada Geng kami. Cuman dibilang geng karena kemana -mana seringan bersama.Â
Cowok -cowok ababil alias abg labil. Baru terkaget -kaget dengan proses akil balik dan mengapa tubuh saya jadi begini (hehe) ditambah pencarian aktualisasi diri.Â
Punya 5 orang teman akrab, Ada si Roni, anak Bekasi yang dulunya ngga mau dibilang orang Jakarta tapi orang Jawa Barat.Â
Tubuhnya gemuk, berkulit putih dan rambut lurus. Tingginya sama dengan saya. Di bawah 170 cm.Â
Sepintas terlihat seperti orang Chinese, tapi ndak sipit. dan berkulit putih.Â
Roni asli Sunda, tapi lahir dan besar di daerah karena orang tuanya lama berdinas di sini.Meski demikian, dia masih bisa ngomong sunda
Selanjutnya ada Rais, putra Makassar. Paling ganteng kata cewek-cewek di sekolah. Mirip Anjasmara muda.Tubuhnya paling tinggi diantara kami semua.Â
Lalu ada Edwin, nyong Manado yang kulitnya putih bangett. Dari Edwin dan keluarganya, saya jadi tau istilah dan komunikasi sehari-hari khas Sulawesi Utara.Â