Berlibur ke Pulau Dewata hampir selalu jadi dambaan banyak warga. Masalahnya mungkin bagi sebagian orang, kadang menilai mahal penginapan. Realitanya tidak. Mau yang murah sampai mahal, mau yang harga kamar di bawah 100 ribu hingga jutaan per malam, semua tersedia. Istilahnya Bali for all.Â
Jadi manakala kami mencari tempat  penginapan murah sebelum ke bioskop, saya teringat pernah menginapkan tim dari daerah di sebuah hotel murah di tengah kota. Saya pun mengontak Si Bli karyawan di hotel tersebut.Â
Beberapa kamar ada dengan harga 100 ribu per malam, 2 bed, almari, guling dan bantal, toilet duduk, TV dan gratis kopi atau teh di pagi hari. Rasanya itu termasuk murah tuk kapasitas 2 orang  dengan harga segitu, dihitung seorang 50 ribu.Â
Malah kamarnya luas pula dan dekat dengan pusat perbelanjaan dan perkantoran. Halaman parkir juga luas. Cocok buat yang backpakeran atau solo traveling.Â
Sampai sekarang kayaknya harga nya masih sama, meski di masa pandemi. Mau makan banyak warung tersedia, mulai dari harga 8 ribu hingga 15 ribuan tuk satu porsi nasi putih, ayam goreng, sayur beserta minum teh manis/es jeruk.Â
Tapi andai kepengen cari yang lebih nyaman dan menyesuaikan kebutuhan, karena bawa keluarga juga, banyak pilihan tersedia dengan tarif beragam.Â
3. Nyaris di tipu sopir taksi.Â
Usai nonton film, kami pun mencari tumpangan menuju Pusat Belanja Oleh -Oleh. Di tahun segitu, sepertinya belum ada layanan Grab,Gocar atau Gojek di Bali. Hanya layanan taksi. Saya memesan ke operatornya tuk kami berlima yang menunggu di pinggir jalan depan gedung bioskop.Â
Sebuah taksi berhenti. Spontan 4 orang teman naik, saya belakangan.Karena malam hari, otomatis saya tak bisa melihat jelas dashboard dan kartu nama sopir beserta nama perusahaan taksinya. Di Bali memang ada beberapa operator taksi.Â
"Ini XXX Taksi ya Bli? yang tadi saya telpon?" tanya saya memastikan.Â
Mereka yang lain sudah duduk di dalam taksi.Â