Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Komposisi Iklan di Media Berita Online dan Kenyamanan Membaca

13 Januari 2021   11:23 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:17 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mata turun ke minat.....

Kalo ada ungkapan populer dari mata turun ke hati, dalam hal membaca berita online bisa jadi bak quote di atas. Dari mata turun ke minat. Maksudnya sebuah media berita online dibuka, dilihat, selanjutnya terserah pembaca. Mau ke tahap  ngebaca atau di next next aja dan dilewakan. 

Kendati sejumlah koran dan majalah masih  eksis, pada era sekarang hampir semua informasi (berita) dapat diakses lewat gawai. Terutama berkaitan dengan faktor aktualitas dan kecepatan diterima dalam skala luas. Korelasi dari realitas ini menarik para pemasang iklan tuk memajang dalam sebuah halaman berita. 

Pagi ini saya membaca Kompas,Com untuk mencari info terkini tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ i82. Ini salah satu media online dimana saya mengaksesnya setiap hari. Bukan karena saya juga salah satu Kompasianer, tapi memang banyak hal lain yang bermanfaat bagi saya pribadi dengan sejumlah kolom pada situs ini. 

Satu pemandangan yang sedikit mengganggu manakala mengulik tadi pagi adalah proporsional iklan pada tampilan halaman. Saya ngga fokus ke banyaknya iklan tapi ke penempatan iklan nya. Rasa-rasanya kok mengganggu mata ya, pikir saya dalam hati. Ternyata ada komentar sama juga dari pembaca lain

Okelah...sekedar sharing aja, saya juga dulu kala mahasiswa, pernah ikutan di majalah kampus dan hampir dua tahunan kebagian nawari halaman majalah pada perusahaan dan lembaga yang mau masang iklannya di majalah. Ditaruh di halaman depan atau halaman belakang sudah pasti lebih mahal. Berwarna lebih mahal lagi. Tergantung ukuran juga.

Selama dua tahun di masa kuliah itu ngurusin iklan-iklan itu, lumayan banyak dapet uangnya. Buat apa? Buat ngebantu biaya operasional (meski ada dana juga dari fakultas), tapi keuntungan lainnya adalah adanya stok dana di kas majalah buat ini itu. 

Selain itu hubungan jangka panjang dengan pihak pemasang, baik dengan kami para penggiat dan yang terutama dengan pihak universitas sebagai 'bapaknya' media.

Bedanya mungkin dengan media online semacam situs berita di masa sekarang, majalah atau koran secara fisik yang dipegang oleh para pembaca adalah perangkat HP nya. 

Ketika layar android dibuka, di scroll, di geser ke kiri atau ke kanan, itu sama ibaratnya dengan seseorang memegang sebuah media cetak dan memilah milih serta membolak balik lembarannya. Mencari yang diminati. 

Kenyamanan membaca dan proporsional iklan

Penempatan iklan pada media cetak yang biasanya dilakukan pada saat proses lay out, rasa - rasanya lebih mudah karena proporsional bisa di atur. Menyesuaikan dengan luas halaman lembar per lembar. 

Terkenang dulu saya dan teman-teman membuat semacam dumy alias versi mininya dulu dengan membagi -bagi lembar halamannya. Jadi sekalipun banyak iklannya, bisa di selap-selip lah.

Di satu sisi memenuhi keinginan para pemasang, dengan menyodorkan agar disetujui sebelum naik cetak, Di sisi lainnya agar perbandingan dengan artikel seproporsional mungkin.  

Namun tentu saja sedikit berbeda pada media online semacam situs berita. Lembar halamannya sudah pakem sebesar layar gawai di tangan pembaca. Panjang kali lebarnya hampir seragam. Tak jauh berbeda. Kita semua memandang ukuran yang sama kala mengakses informasi. 

Dengan realitas  demikian, mungkin sekedar usulan dan saran aja, alangkah baiknya penempatan iklan nya di atur. Jangan sampai mengganggu mata, apalagi menurunkan minat baca. Perlu juga mempertimbangkan rentang usia para pembaca dan kondisi penglihatan mereka. Sejauh mana kenyamannya. 

Maksudnya bukan pada banyaknya iklan,yang  menandakan media tersebut potensial di mata para pemasang, tapi pada penempatannya senyaman mungkin agar para pembaca juga nyaman. Karena bukankah sasaran yang ditarget adalah mendapatkan sebanyak mungkin orang yang mengakses agar tujuan dari iklan tersebut tersampaikan. 

Berita seputar tragedi kecelakaan pesawat beberapa hari lalu memang termasuk katagori seksi di mata pembaca sehingga menarik banyak orang tuk mengakses. Ada juga sih beberapa peristiwa lain yang menarik diulik. Ini mungkin salah satu alasan mengapa banyak iklan berseliweran di halaman-halaman berita tersebut. 

Sebenarnya tak jadi soal. Lumrah dalam bisnis media. Cuman ya itu, gimana nyaman nya aja. Karena para pembaca, ibarat jauh di mata, namun dekat di layar. Mungkin PR nya adalah bagaimana tak hanya dekat di layar, tapi juga dekat di hati . 

Karena bagaimana pun, faktor kenyamanan itu salah satu yang bikin betah di hati. Dalam hal apapun juga kayaknya sama ya...hehe.   

 

Salam, 

13 Januari 2021, 11.20 Wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun