Masih ada bulan depan, biasanya ada program diskon akhir tahun...
Quote di atas itu mungkin jawaban dari titik titik di judul..hehe. Sederhananya kita tentu hapal bila akhir tahun sering ada program yang namanya cuci gudang atau potong harga.Â
Barangnya apa, produknya apa, hampir semua perusahaan jasa atau pabrikasi yang memproduksi sesuatu untuk didagangkan, akan menjual dengan harga miring.Â
Kecenderungan bulan terakhir hingga akhir tahun, yang naik harganya salah satunya yang berkaitan dengan pariwisata. Sudah musimnya liburan, tarif menginap di hotel meningkat.Fully book atau okupasi melonjak sekian persen.
Tiket pesawat naik sekian puluh ribu atau beberapa ratus ribu. Diborong warga tuk bepergian. Apalagi ada momen natal dan tahun baru.Â
Tapi eitss... itu mungkin saja terjadi di tahun 2019 ke belakang, di masa bukan pandemi seperti sekarang. Dengan dampak Covid 19 di bulan 11 hingga 12 nanti, bisa saja bakalan ada obral harga dan potong tarif. Merajalela di merchant,vendor dan beraneka penyedia layanan jasa dan barang.Â
Percaya tidak percaya, boleh jadi promo 11.11 yang booming sekarang, merupakan gejala curi start sebelum marak promo mirip -mirip di akhir tahun nanti. Mungkin saja ini trik mengikat konsumen agar di bulan depan, tidak keduluan sama kompetitor.Â
Dana dan anggaran konsumsi warga, sudah 'bocor'di satu bulan sebelumnya...hehe. Bulan depan ambyar dan menipis, jadi meski cuci gudang akhir 2020 di mana -mana, bakalan cuma ngeliat aja, karena sudah kebeli di November Rain.
Selain pertimbangan di atas, ada sejumlah hal lain yang mesti diantisipasi dari beraneka promo menggiurkan  :Â
1. Cek dulu, apakah promo nya bisa bayar cash atau kredit dulu bayar belakangan.
Kadang penawaran pada beberapa produk tertentu, bisa ada dua pilihan. Hitung aja selisih nominalnya. Secara kredit otomatis ada bunga, tapi bunga rupiah itu bisa dibagi ke berapa bulan.Â
Nah dengan sekian rupiah per bulan tambahannya sebagai bunga, bila di rasa tak masalah dengan kantong atau penghasilan rutin, keputusannya balik lagi pada konsumen. Â
Beli cash, apalagi dengan dana yang sudah tersedia, rasanya baik juga dibanding mencicil dalam jangka waktu tertentu.Â
2. Beli sesuatu untuk dipakai, bukan untuk 'ngganggur' di rumah  dan tak tergunakan.Â
Ada banyak dari kita beli sesuatu produk atau barang, hanya lantaran korban iklan. Setelah dibawa pulang ke rumah, malah tak habis mengkonsumsinya.Â
Bisa jadi karena barang tersebut tak selera juga sama orang rumah atau kita yang tak kuat menghabiskannya.Â
Misalkan makanan atau produk rumah tangga. Ujung-ujungnya ngganggur lalu bingung mau kasih ke siapa. Tak sedikit malah di buang dan penuhin lemari atau gudang. Sayang, kan... padahal itu uang semua alias ada sekian rupiah dari kantong kita di situ.
3. Â Pikirkan anggaran lain, untuk kebutuhan akhir tahun atau di tahun depan lantaran UMP tak naik juga
Tak ada kebijakan pemerintah yang tak berdampak pada kita sebagai warga. Salah satunya tak ada kenaikan UMP. Apakah UMP tak naik, menjamin harga bahan pokok di pasar tak naik juga di tahun 2021, belum tentu Kakak:).Â
Apakah biaya sekolah anak dan biaya kontrakan rumah, ruko atau tempat usaha kita tak naik juga, bisa jadi tidak. Pemilik lokasi cenderung menaikkan harga setiap tahun, meski naiknya mungkin sekian puluh ribu atau sekian juta.Â
Jadi sebelum terjebak promo, kepengen beli ini beli itu, duduk dulu dan hitung anggaran. Pemasukan berapa, pengeluaran berapa.Â
Kebutuhan penting di bulan ini dan keperluan yang sifatnya prioritas di bulan depan, apa -apa saja. Alokasikan dan pisahkan. Jangan diganggu tapi 'ganggulah' sisa uang lebih (seandainya ada) .Â
4. Bedakan apa itu kebutuhan dan apa itu keinginan
Kebutuhan manusia itu cenderung terbatas. Keinginan sifatnya tak terbatas. Makan 3 X sehari itu kebutuhan, ngemil lebih dari 3 X sehari mungkin saja itu keinginan.Â
Kebutuhan sifatnya mencukupi, keinginan sifatnya memuaskan.Â
Nah level kepuasan tiap orang berbeda -beda tapi kebutuhan tiap orang hampir pasti sama. Ketika keinginan melebihi kebutuhan, di situ biasanya cenderung bikin 'masalah; hehe...
Jadi hati-hatilah,memaknai kebutuhan vs keinginan.
5. Tak ada yang salah dengan beraneka promo dan program penawaran di tanggal -tanggal cantik.Â
Bukan tanggalnya yang salah, bukan juga pelaku pasar dan penyedia produk. Karena itu sudah hukum bisnis ketika ada momen menarik di bulan -bulan tertentu, cenderung akan mendesain program tuk mempropaganda psikologis pembeli dalam berbelanja.Â
Karena boleh percaya atau tidak percaya, manusia itu mudah dipengaruhi dengan apa yang dilihat dan apa yang dipikirkan. Makanya bukan bunda salah mengandung bila beraneka tagline belanja promo terpampang dimana -mana.Â
Seperti : beli satu gratis satu, take away di merchant tertentu, potong harga hari ini besok harga naik lagi, tebus murah 5000 produk tertentu dengan belanja sekian nominal, hingga program cashback ratusan ribu dengan batasan tanggal,lewat tanggal kembali harga normal. Beraneka memang.Â
Kabar baiknya adalah promo -promo seperti itu baik dari sisi bisnis lantaran memperhatikan kebutuhan konsumen juga. Kebayang kan gula sekilo yang harganya di Sumbawa NTB di jual 12 ribu.Â
Tetapi dengan promo,misalnya beli 3 gratis 1, betapa beruntungnya penjual jus buah yang memang setiap hari menghabiskan sekian kilo gula buat bikin pesanan minuman sari buah itu.
Teman -teman di daerah lain, juga bisa membandingkan produk dan jasa tertentu. lalu membandingkan dengan harga dan menganalisanya betapa beruntungnya sejumlah pembeli (yang mungkin bukan kita), dengan adanya penawaran dan program belanja seperti itu.Â
Namun jangan lupa, meski menggiurkan, uang kita adalah milik kita yang mesti dibelanjakan untuk beraneka keperluan,yang efektif dan efisien.Â
Salam Promo 11.11.Â
Sumbawa NTB, 11 November 2020,Â
18.05 Wita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H