Jadi generasi sekarang yang tumbuh kembang dengan media YouTuber, tidaklah berlebihan bila suatu saat mendekat pada orangtua dan keluarganya sambil berbisik, "Ma, Pa, kayaknya enak jadi YouTuber... Bolehkan bila saya menekuni."
Beberapa hal penting perlu ditekankan bila anak ingin menjadi YouTuber:Â
1. Daya tahan mental dan daya tahan hati
Zaman dulu menjadi penyiar di radio, presenter di TV, dan penulis di majalah atau koran sangatlah sulit pelaku media ini menerima komentar atau sindiran jelek dan menyakitkan.Â
Pertama, karena hampir tak ada jalur untuk menyuarakan itu. Mau nulis di surat pembaca saja, mesti diseleksi dulu sama awak medianya. Itu pun halamannya cuma selembar cuma muat sekian surat pembaca.Â
Apalagi TV. Mau ngomong lewat apa? Mau nulis terus kirim ke mana? Apalagi warga di daerah. Rata-rata tingkat pendidikan zaman dulu, juga beda dengan zaman sekarang. Sekarang lebih bebas. Berpendidikan sudah banyak namun etika dan kesantunan boleh dikatakan lebih rendah dari zaman orangtua atau kakek nenek dulu.Â
Jadi bila anak mau jadi YouTuber, pertanyaan pertama yang mungkin ditanyakan keluarga adalah: Adek sudah kuat belum kalo dikatain jelek sama orang yang tidak dikenal? Adek marah atau tersinggung ngga, bila mendapat komentar pedas bin nyelekit di hati dari mereka yang menonton kontennya?Â
Lebih dari daya tahan fisik, daya tahan mental, dan daya tahan hati itu paling utama. Karena ini yang menentukan seberapa kuat dan seberapa lama dia bertahan menekuni pilihannya.Â
Teknik dan penampilan bisa diajar dan dimodifikasi. Namun daya tahan di dalam hanya si anak yang merasakan seberapa kuat atau seberapa lemah.Â
2. Bahasa dan komunikasi
Ini bisa dipelajari. Tergantung minat dan bakat si anak. Ada anak yang diberikan bakat khusus oleh Tuhan dalam hal komunikasi di depan orang.Â