Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Meratap karena Corona, Padahal di Bawah Atap Ada Semangat yang Merona

3 Mei 2020   18:53 Diperbarui: 3 Mei 2020   21:42 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri_adolf_urunan para ibu di Sumbawa jualan makanan berbuka puasa
dokpri_adolf_urunan para ibu di Sumbawa jualan makanan berbuka puasa
dokpri_adolf_ada pembatasan jarak
dokpri_adolf_ada pembatasan jarak
Di Hari Sabtu kemarin di tanggal 02 Mei , sore sepulang kantor saya sempat memotret para ibu -ibu yang menjajakan dagangannya di pinngir jalan Kartini Sumbawa Besar. Seperti dua foto di atas. Jalan ini kerap disebut warga sebagai jalan pertokoan karena memang banyak toko -toko di pinggiran jalan utama ini. Petang hari kala pertokoan tutup, dimanfaatkan warga tuk menjajakan kuliner berbuka puasa. 

"Daripada diam di rumah. Ini kita semua masih keluarga, kepikiran bikin jualan begini," kata Bibi Siti, wanita berusia 40 tahunan ketika saya tanyakan kok bisa jualan begini. 

Saya tertarik dengan tersedianya peralatan mencuci tangan dan pembatas berdiri bagi pembeli tuk menghindari kerumunan. Jadi bagi yang mau belanja, disarankan mencuci tangan dulu setelah itu berdiri sejarak 1 meter dari pembatas tersebut dan memilih (menunjuk) makanan dan minuman berbuka yang diminati. Lalu para penjualnya, yakni ibu -ibu ini yang akan mengambil dan memasukkannya ke plastik belanjaan. Cukup kreatif juga ya emak -emak ini...hehe. 

Selain cara di atas, menjajakan via kendaraan (terutama di kabupaten kota yang belum menerapkan PSBB) di sore hari sebelum berbuka juga boleh. Sudah pasti lengkap dengan peralatan cuci tangan yang sederhana. Sebenernya banyak ide yang bisa di gali di bawah atap rumah bersama pasangan, anak -anak, dan keluarga atau rekan bisnis dan pertemanan. 

Cara kita beradaptasi dengan krisis (corona) menentukan sejauh mana kita bertahan. Buka pikiran biarkan ide dan kreatifitas mengalir. Itu rasanya lebih baik daripada hanya meratap dan mengeluh karena Corona. Biarkan pemerintah melakukan bagiannya yang terbaik tuk penanganan wabah, dan kita menjalankan yang terbaik tuk kehidupan kita,keluarga kita dan masa depan kita sesuai dengan 'porsi' masing -masing. 

Tetap Semangat

Salam,

Sumbawa NTB, 03 Mei 2020

19,25 Wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun