Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Epidemi Corona dan Ibadah Minggu yang Diliburkan

22 Maret 2020   12:59 Diperbarui: 23 Maret 2020   02:02 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jamaat beribadah di gereja. (Foto: ANTARA FOTO/ARNAS PADDA)

Terpaksa saya mencari di salah satu klinik kecil yang cukup terkenal, tempat saya biasanya berobat manakala kondisi kesehatan terganggu. Syukur, masih ada dijual masker biasa. Saya membeli dua masker. Cukup murah, lima ribu dapat dua.  

"Ngga bisa banyak Om. Satu orang dibatasi cukup dua, agar yang lain kebagian juga" tutur Mas pelayannya. 

Epidemi corona menggeser prioritas kebutuhan, dari tak penting menjadi penting. Berapa lama akan ada dalam fase ini? 

Ukuran lamanya tak dapat diprediksi. Mungkin bisa sampai bulan depan atau berdampak hingga bulan Mei. Corona ibarat musuh tak terlihat namun jejaknya terpantau. 

Berperang dengan musuh yang tak kelihatan mungkin cara menghambat agresinya adalah mengenali polanya, membatasi migrasinya dan memperkuat basis sebagai tempat yang tak dapat diinvasi oleh si penyusup. 

Dan mau tak mau, suka tak suka, harus ada 'harga' yang harus dibayar.Pembatasan jarak sosial,bekerja dari rumah, belajar dari rumah, meniadakan event besar yang berpotensi mengumpulkan banyak orang dalam satu ruang, itu semua adalah harga yang dibayar. 

Sekalipun mungkin mahal dan ibaratnya berdarah --darah. Konsekuensi pilihannya adalah harta atau nyawa. Namun bila sudah soal keselamatan jiwa, apapun akan diperjuangkan. Sekalipun harus mengesampingkan yang lain. 

Skala Prioritas dan Ditiadakannya Ibadah Bersama

Sebuah gereja di township Pennysilvania, USA (sumber: yorkdailyreport.)
Sebuah gereja di township Pennysilvania, USA (sumber: yorkdailyreport.)
Kita mengenal skala prioritas. Ada empat yang terutama. SPSM, SPTM,TPSM dan TPTM. Ini hanya singkatan sederhana. SPSM adalah Sangat Penting Sangat Mendesak. SPTM itu Sangat Penting Tidak Mendesak. Dan dua berikutnya adalah Tidak penting Sangat Mendesak dan Tidak Penting Tidak Mendesak. 

Dalam menangani epidemi corona di tanah air, langkah pemerintah memesan obat penyembuh dari negara luar adalah tindakan yang SPSM. Penggunaan masker oleh masyarakat bisa jadi masuk dalam TPTM alias tak penting -penting amat dan juga tak mendesak, bila tak perlu. 

Arahan pemerintah agar sebaiknya meniadakan ibadah bersama sholat jumat bagi teman-teman yang muslim, kebaktian misa dan kebaktian minggu bagi umat katolik dan protestan, dan umat hindu dan budha juga sehubungan perayaan Hari Raya Nyepi di tanggal 25 Maret nanti, adalah kebijakan yang boleh dipandang sebagai SPSM demi membatasi akses penularan Corona antar manusia. Hal yang bijak untuk disikapi dalam kaitannya dengan skala prioritas kendati ada pro dan kontra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun