Namun lebih tersiksa adalah generasi yang hilang. Tak terpenjara namun terpenjara dengan pikirannya yang sempit. Sesempit layar android di genggamannya. Jangan salahkan bully dan penghinaan di media.Â
Terhadap generasinya saja, anak -anak sudah berani. Apalagi terhadap generasi di atasnya. Dan kita mungkin akan melihat dan menyaksikan. Terheran -heran. Kok anak saya bisa seperti itu? Di rumah beda, di sekolah beda. Di luar rumah bukan lagi. Baru kita terhenyak. Topeng apa yang dipakainya.Â
Semoga kita belajar dari atraksi ini. Dibalik pro kontra eksistensi keberadaannya, ada nilai-nilai yamg bisa diambil. Tergantung dari sisi mana kita menilainya. Buruk rupa memang cenderung mengundang tawa, namun buruk jiwa, cepat atau lambat akan mengundang duka.Â
Salam,
Sumbawa,NTB,18 Februari 2020, 23.50Wita  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H