2. Lihat ke dalam, apa yang fatal dan salah di lingkup pekerjaan sendiri
Kalau cara nomor 1 fokus keluar, cara nomor 2 adalah mengevaluasi ke dalam tim (dan juga sendiri) menemukan kesalahan yang terjadi selama bulan yang telah lewat. Sekarang Bulan Maret, tak ada salahnya meninjau kembali apa yang tak sesuai prosedur atau hal fatal yang dilakukan staf atau diri sendiri selama Bulan Februari atau bulan -bulan sebelumnya, yang menyimpang dari kebijakan dan visi misi, yang sudah tentu itu dimiliki oleh sebuah institusi atau perusahaan sebagai landasan mengapa perusahaan atau institusi itu ada.
Kami pun lakukan pembatalan, namun sistem menolak. Kami menghubungi departemen IT (yang hanya ada di pusat) agar membantu agar clear di sistem karena masih menggantung dan terketahui juga sama manajemen di pusat. Bolak –balik namun beberapa hari tak selesai. Fokus dan konsentrasi sebagian besar habis untuk ngeberesin itu. Ujung-ujungnya tensi sedikit naik.Anak buah yang salah, atasan juga ikut tersalahkan. Sama ya dimana-mana begitu.
“Kamu bisa ngga lain kali lebih teliti. Sudah dikasi tau juklaknya, sudah diarahkan caranya, kok masih salah juga. Sekarang kesalahanmu bikin pusing kita semua. Ngopi dulu kamu sebelum nginput,” tegur saya pada staf yang bersangkutan.
Akhirnya, dua minggu kemudian, baru terselesaikan. Pengalaman itu menjadi pelajaran di awal Bulan Maret ini. Saya lalu sharing kepada tim agar tak terjadi hal yang sama. Kesalahan sekecil apapun dimanapun kita bekerja, akan menyusahkan tak hanya diri kita, tapi juga atasan bahkan atasan di atas kita, bahkan merembet ke rekan-rekan yang lain dalam satu divisi atau satu cabang.
Dimanapun kita bekerja, apapun profesi kita, formal atau pun non formal, kita bisa belajar tak hanya dari kesalahan besar tapi juga dari kesalahan keci namun potensi resikonya besar. Temukan itu, tegur bila perlu karena teguran juga bagian dari pengawasan . Bila diri kita sendiri yang melakukan itu, ya tegurlah diri sendiri sebelum ditegur orang lain, apalagi diitegur Tuhan…ampun dah,hehe
3. Apapun Bidang Kerjamu, Temukan Strategi dan Kreativitas Baru
Hari ini tahun 2020 sudah berlalu dua bulan. Bagaimana kinerja Bulan Januari dan Bulan Februari? Baik, stabil ataukah menurun. Kita bisa menilai sendiri. Bila kita adalah staf, parameternya adalah gaji (dan bonus atau insentif bila ada). Andai kita usahawan, ukurannya adalah omset. Bila kita pimpinan atau kepala regional, mungkin penilaiannya lebih luas menyesuaikan dengan KPI atau indikator kinerjanya. Kalau profesional bagaimana? Boleh jadi selain laba omset masuk, adalah pernyataan kepuasan atas pelayanan dari konsumen atau pemakai jasa.
Jangan berpuas bila hasilnya positif karena masih banyak hari-hari di depan dan kompetitior yang sama dengan tempat kita bekerja juga tak mau kalah bersaing. Bekerja tak hanya cukup dengan ikhtiar dan berdoa, tapi ada baiknya menambahkan ide dan kreatifitas baru untuk membuatnya berbeda dan terlihat unggul dibanding yang lain.
Di kota kecil Sumbawa, saya mengamati sudah mulai buka warung bakso dengan nama-nama yang terdengar unik dan lucu kendati di daerah lain mungkin sudah lama ada. Ada bakso mercon, bakso lahar, bakso beranak dan nama-nama lainnya. Saat ke Denpasar minggu lalu, saya heran betapa menjamurnya tempat makan. Tak seperti sepuluh tahun lalu. Pilihannya sudah bukan mau makan apa hari ini, tapi makan dimana hari ini. Tak lagi ukurannya soal berapa harga makanannya, tapi ada pertimbangan lain, bisa ngapain aja kalau makan disitu. Itulah pasar. Berdinamika. Dan kita sedang berada di era itu.