Ini adalah tulisan perjalanan bagian terakhir....Apa yang ditemui, dilihat dan diamati.Â
Karena sejatinya menulis adalah untuk berbagi
Turun dari pesawat Lion Air JT 657 yang membawa kami dari Lombok menuju Jakarta di siang pukul 2 waktu Bandara Soeta tanggal 25 April 2019 lalu, Uki dan Ade segera bergegas ke toilet. Suhu dingin di dalam kabin selama penerbangan memang kadang membuat para penumpang ingin segera ke kamar kecil setelah pesawat landing. Apalagi bila pesawat pagi pukul enam atau tujuh, sebagian orang belum sempat ke belakang. Memilih menggunakan toilet di dalam pesawat pun sepertinya tidak banyak penumpang yang melakukan
Bisa jadi karena alasan ribet, mesti antri dulu atau mungkin tidak nyaman sehingga sebagian memilih untuk melakukannya setelah pesawat mendarat. Saya sendiri sampai seumur ini, selama naik pesawat tidak pernah buang air kecil di toilet pesawat. Bukan apa -apa, takut aja terjebak di dalam ngga bisa keluar, hehe :)Â
Saya duduk di kursi tunggu depan toilet pria menjaga ransel mereka. Beberapa saat kemudian mereka keluar lalu kami berjalan menuju pintu keluar di terminal 1. Tidak ada bagasi yang dibawa. Masing-masing sudah cukup dengan satu tas ransel di pundak.
Ransel Uki berisi laptop yang akan kami pakai untuk melihat kembali materi presentasi di hotel.
Ransel Ade saya titipkan beberapa hard copy materi serta beberapa alat pendukung yang telah kami gunakan selama implementasi ide. Buat jaga -jaga aja bila para juri nanti meminta seperti apa digunakan, selain tampilannya di power point, contohnya juga kami tunjukkan secara langsung.
Ransel milik saya isinya baju adat Kabupaten Sumbawa untuk lelaki yang akan kami kenakan saat hari final besok di tanggal 26 April 2019
"Makan dulu ya, lapar sekali," kata Uki saat kami tiba di pintu keluar
Tadi pagi di Bandara Lombok, kami belum sempat makan. Hanya ngopi aja. Padahal plecing ayam kampung di warung -warung sisi bandara lumayan murah. Sepuluh ribu sampai lima belas ribu sudah kenyang sekali. Ditambah es teh atau jeruk hangat hanya habis dua puluh ribu. 2M itu alias murah meriah....hehe.Â
Biaya hidup di Lombok dan Mataram memang lebih murah dari Sumbawa kendati dua -duanya masih dalam satu propinsi. Banyak pedagang buah di Sumbawa, beberapa adalah nasabah saya di kantor, bercerita bahwa mereka membeli buah di Mataram dan menjualnya di Sumbawa dengan keuntungan yang lumayan.Â
Saya beberapa kali bila pulang ke Bali melewati jalan darat, tidak lupa membeli buah jeruk sebagai 'camilan' di kapal feri dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Padang Bay. Lebih murah memang per kilo bila dibandingkan membeli di Sumbawa.Â