Bila ada satu usaha rumahan yang menyerahkan catatan transaksi seperti ini, bisa jadi di masyarakat masih banyak yang melakukan hal serupa. Terutama kios sembako, warung makan di terminal atau stasiun, kantin, kedai dan rombong pinggir jalan. Yakni skala usaha kecil yang menjual dagangan rokok atau dagangan dengan bahan kemasan seperti rokok yang dibisa dijadikan kertas untuk di catat.Â
Diluar usaha-usaha tersebut, rasanya jarang kita mellihat. Padagang buah atau tukang cukur rambut, meski pelaku usahanya perokok aktif boleh jadi akan berpikir dua kali untuk mencatat transaksi di bungkus rokok. Apalagi mencatat di buah semangka atau di sisa-sisa guntingan rambut... hehe.
Sisi Positif, Negatif dan Solusinya
Tidak bisa disalahkan bahwa pembukuan model begini itu salah, kuno dan tidak kekinian. Perlu untuk melihat dari unsur motivasi dan kenyamanan si pelaku usaha sendiri. Adalah lebih baik masih memiiki catatan transaksi (entah di medium apapun) dibanding tidak sama sekali.
Pengalaman saya dua tahun lalu, seorang pedagang garam di sebuah desa di Sumbawa mengajukan kredit dana dan tidak memiliki catatan transaksi manual satupun. Print out rekening di tabungan tidak mencerminkan usaha karena uang hasil usaha tidak pernah ditabung melainkan digunakan kembali sebagai modal.Â
"Hanya mencatat di otak Pak, maklum kita jual ke orang desa juga taunya beres," begitu jawab beliau.
Nah loh.... Catatan transaksi kendati bukan satu-satunya parameter untuk persetujuan kredit, namun itu dibutuhkan untuk mengamati arus aktivitas keluar masuk barang dan harga unit satuan dari produk usaha yang dikelola calon nasabah
Kembali ke soal pembukuan di atas, saya melihat sisi positifnya adalah pelaku tetap punya catatan transaksi. Dengan menulis dibungkus rokok, mereka bisa mengetahui berapa bungkus (pack) rokok yang sudah dibuka atau telah terjual. Bisa juga daripada mengeluarkan uang untuk membeli buku catatan, lebih baik memanfaatkan kemasan rokok yang tidak terpakai. Â
Tidak punya karyawan, usaha rumahan dengan satu anak yang masih balita, otomatis waktu terbagi dan lebih praktis catat di sini dibanding membuat form excel di PC (laptop) dan harus input transaksi hariannya.
Selain sisi positif, ada sisi negatifnya juga. Bila catatan transaksi berupa potongan-potongan ini hilang atau tercecer, akan menyusahkan pemiliknya juga. Hanya mengandalkan memori, dengan sekian transaksi harian yang meskipun kecil nominalnya bisa jadi tidak semua diingat. Ada factor u alias umur. Tambah umur penurunan daya ingat menurun. Â
Andai terjadi bencana seperti banjir atau kebakaran, pelaku usaha juga akan kerepotan menganalisis berapa stok barang yang sudah terjual, stok yang belum terbayar dan lain sebagainya.