Dan ku ceritakan pada dunia
Tentang harapan dan angan -- anganku
(Lirik Aku Ingin by Indra Lesmana)
Apa yang menyenangkan dari jaman kuliah dulu? Tiap orang yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi tentu punya jawaban yang berbeda -- beda. Kapan dan dimana kita pernah menjadi mahasiswa pasti beragam pula pengalaman baru yang kita peroleh.
Bila itu ditanyakan kepada mahasiswa perantau, lebih tepatnya mantan mahasiswa yang dulunya merantau dari kota kecil ke kota besar untuk melanjutkan pendidikan, sudah pasti salah satunya adalah pengalaman bertransportasi.
Moda transportasi yang tidak pernah ada di kota asalnya, setelah kuliah di kota besar ternyata bisa dilihat dan naik di dalam nya.
Mungkin saya salah satunya.Lahir dan besar di Jayapura, ibu kota propinsi paling timur di wilayah Indonesia, saya tidak pernah naik bis malam antar kota antar propinsi. Wajar karena kota dan kabupaten di Papua berjauhan jaraknya dan akses jalan darat yang belum ada.
Pada akhir tahun 90 an, ada moda transportasi Bus Damri yang dikelola dinas perhubungan namun itu disediakan hanya untuk melayani penumpang dalam kota atau antar kecamatan dalam Kotamadya Jayapura.
Bus MalamÂ
Tamat SMA lalu kuliah di Bali membawa saya pada pengalaman baru. Didorong oleh rasa ingin tahu, saat libur semester tiga di tahun 1998 saya nekad menumpang bus malam dari Terminal Ubung Denpasar menuju Terminal Umbulharjo Jogja. Ada kakak sepupu kuliah di sana dan saya berniat mengunjunginya. Sengaja tidak memberitahu, diam -- diam berangkat.
Jaman itu masih laris telepon rumah. Untuk menghemat pengeluaran, banyak mahasiswa perantau di Denpasar yang memilih tempat kost yang pemilik rumahnya punya telepon rumah. Tujuan nya biar bisa nebeng komunikasi dengan keluarga yang nun jauh disana tanpa harus bayar dan nunggu antre giliran di wartel...Hahaha nostalgia 90 an bangett.
Saya menitip pesan pada bapak dan Ibu kost ( yang sudah dianggap sebagai orang tua angkat) kalau keluarga telepon,bilang saya libur semester nginap di kampus ada kegiatan. Karena bila mana mereka tahu, bisa jadi disuruh naik pesawat. Batal dah rencana:)
First love never forget...Tidak hanya cinta pertama yang sulit dilupakan, tapi pengalaman pertama naik bus malam selalu terekam di ingatan. Delapan belas jam perjalanan ada kisah -- kisah yang bila dikenang kembali akan membuat saya tertawa sendiri. Bagaimana saya menahan pipis (kencing) selama di dalam bus karena saya tidak tahu bila ada toilet di dalam bus.
Duduk di baris tengah dan pandangan terarah ke layar TV kecil di bagian depan bus menonton film barat.Saya bingung atau lebih tepatnya malas bertanya, mengapa selama perjalanan ada saja penumpang yang duduk di deretan kursi di depan saya kadang berjalan ke belakang. Lha ini duduk di depan, kok malah jalan kebelakang?
Yang juga bikin heran setelah sampai di penyeberangan Gilimanuk -- Ketapang , saya seumur -- umur baru lihat kalau ada bus dan truk bisa masuk kapal. Rumah saya di Jayapura berdekatan dengan pelabuhan laut, tapi yang saya lihat naik di kapal -- kapal besar milik PELNI itu hanya manusia dan barang saja.
Tidak ada kendaraan yang masuk sama sopir, kondektur dengan penumpang -- penumpangnya. Ini kapal lebih kecil dari Kapal Umsini, Kapal Tatamailau, Kapal Dobonsolo, tapi kok semua masuk? Tidak tenggelam kah? Selama 30 menit menyeberangi selat bali, saya berdiri di tepi kapal dan berharap semoga aman sampai di dermaga.Lucu memang bila dikenang
Rasa was -- was di atas laut berlanjut ke darat. Hari sudah larut malam ketika bus mulai bergerak dari Banyuwangi. Duduk di samping jendela, meski gelap di luar saya berusaha melihat dan mengingat apa saja tempat yang dilewati.
Ini yang namanya Jawa, kata saya dalam hati:). Jalanan mulai menanjak. Rasa kantuk datang, namun baru mulai terlelap sebentar, tiba -- tiba terjaga kembali. Bus yang melaju dengan kencang melakukan gerakan zig zag dan menyalib 2 kendaraan di depan nya. Pada saat yang bersamaan, dari arah berlawanan datang bus lain.
Ya Tuhan....kaya gini naik bus malam. Gimana ngga ketar -- ketir penumpang nya. Saya lihat jalan di kiri kanan tidak lah lebar, namun sang sopir sepertinya sudah terlatih dengan medan jalan dan resiko tabrakan antar bus. Memang benar peribahasa, alah bisa karena biasa.
Melewati Madiun, Nganjuk, Kertosono, Sragen, Klaten, Solo dan akhir nya Sampai di Jogja. Waktu itu kira -- kira sekitar jam 2 siang. Turun dari  bus, sudah dikerubungi tukang ojek, becak dan kondekur bus lain yang mencari muatan (penumpang). Saya ingat pesan dari teman satu angkatan di Unud yang berasal dari Solo: Kalo kamu lagi di Terminal bus atau di Stasiun Kereta Api di Jawa bila ditawari angkutan dan kamu tidak berminat bilang saja mboten mas atau mboten Pak. Jadi saya praktekan nasihat teman saya itu..Hehe
Becak
Setelah berada di luar terminal, saya berpikir mengapa tidak mencoba naik becak. Toh saya ingin merasakan bagaimana berada di atas kendaraan beroda tiga itu. Waktu SMA di Papua saya cuma lihat di TV dan baca di koran, Seorang tukang becak menghampiri saya. Melihat pada alamat yang saya tulis di kertas, sepertinya dia tahu dimana lokasinya.
Biayanya 3 ribu. Saat itu memang belum ada handphone sehingga tidak bisa mengontak kakak. Lagian tujuan awal kan memang tidak ingin memberitahukan.Â
Duduk di atas becak rasanya ngeri -- ngeri sedap. Senangnya karena becak bergerak lambat sehingga bisa melihat dari dekat lingkungan di kiri -- kanan jalan.Apalagi melewati komplek perumahan dan gang kecil terdengar sapa dan komunikasi pengemudi becak dengan warga di sekitar dalam bahasa jogja. Bisa jadi sudah saling mengenal atau pemilik becak ini tinggal di situ juga.
Yang ditakutkan saat becak harus menyeberang jalan besar yang ramai kendaraan, pengemudi hanya memberi kode dengan tangan kepada kendaraan yang melintas untuk memberi ruang. Saya tidak mengingat dengan pasti berapa jauh jarak dari Terminal Umbulrejo ke kostnya kakak di Demangan Kidul. Ada sekitar 20 sampai 30 menit akhir nya sampai.
Muncul rasa penasaran. Ah, coba saya cari bus yang ke Borobudur. Akhir nya sampailah ke Borobudur. Pulang -- pulang dari sana sudah sore jelang magrib. Tahu ke Borobudur,ditegur sama kakak. Itu kan jauh arah ke Magelang. Kok kamu ngga bilang -- bilang. Iya sih, jaman itu komunikasi ngga semudah seperti sekarang, bila tersesat atau nyasar pasti agak susah menemukanJ
Kereta ApiÂ
Balik dari Jogja, mampir ke Kediri. Ada kakak sepupu perempuan, saat itu berdinas di salah satu BUMN di kota tahu itu. Kantor nya yang berada di pinggiran sungai besar , dekat dengan pabrik rokok. Sungguh pemandangan yang indah melihat sore -- sore beriringan ramai pulang karyawan PT Gudang Garam menggunakan sepeda kayuh di pinggiran jalan besar di Kota Kediri.
Niat mau naik kereta api (KA) dari Kediri tujuan Banyuwangi, tapi oleh petugas kereta api disarankan ke Surabaya saja nanti dari Stasiun Gubeng. Perjalanan 4 jam dari Kediri sampai di Stasiun Gubeng sudah sore. Info dari petugas loket, kereta api yang tujuan Banyuwangi berangkatnya malam jam 9 atau jam 10. Waduh, naik kereta api malam -- malam, gimana rasanya?
Akhirnya tiket terbeli. Kelas Bisnis. Harga di tiket itu sudah termasuk tarif kereta api Surabaya -- Banyuwangi sekalian tiket bus dari Banyuwangi ke Denpasar. Di Bali saat itu, memang belum ada kereta api (sampai sekarang juga yaJ), hanya saja ada kantor perwakilan kereta api. Jadi masyarakat saat itu yang hendak menggunakan KA baik dari Denpasar ke Surabaya maupun sebaliknya, bisa membeli tiket langsung. Dari Denpasar akan diantar dengan bus sampai ke Stasiun KA di Banyuwangi.
Capekk? Iyalah karena jauh perjalanan dan berganti moda transportasi. Menikmati? Pasti, karena  niat awal ingin tahu seperti apa. Di umur yang muda pada saat itu, tidak ada salahnya mencoba pergi ke tempat yang baru untuk pengalaman yang baru. Tentunya untuk hal yang positif. Suatu saat nanti akan dikenang sebagai bagian dari proses yang membuat kita menjadi seperti sekarang ini.Â
Sumbawa  , 07 Oktober 2018
(k ian, k ube , k gres....thx & bless u all)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H