Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Pertama Kali Naik Moda Transportasi di Pulau Jawa

9 Oktober 2018   13:48 Diperbarui: 9 Oktober 2018   13:55 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaman itu masih laris telepon rumah. Untuk menghemat pengeluaran, banyak mahasiswa perantau di Denpasar yang memilih tempat kost yang pemilik rumahnya punya telepon rumah. Tujuan nya biar bisa nebeng komunikasi dengan keluarga yang nun jauh disana tanpa harus bayar dan nunggu antre giliran di wartel...Hahaha nostalgia 90 an bangett.

Saya menitip pesan pada bapak dan Ibu kost ( yang sudah dianggap sebagai orang tua angkat) kalau keluarga telepon,bilang saya libur semester nginap di kampus ada kegiatan. Karena bila mana mereka tahu, bisa jadi disuruh naik pesawat. Batal dah rencana:)

First love never forget...Tidak hanya cinta pertama yang sulit dilupakan, tapi pengalaman pertama naik bus malam selalu terekam di ingatan. Delapan belas jam perjalanan ada kisah -- kisah yang bila dikenang kembali akan membuat saya tertawa sendiri. Bagaimana saya menahan pipis (kencing) selama di dalam bus karena saya tidak tahu bila ada toilet di dalam bus.

Duduk di baris tengah dan pandangan terarah ke layar TV kecil di bagian depan bus menonton film barat.Saya bingung atau lebih tepatnya malas bertanya, mengapa selama perjalanan ada saja penumpang yang duduk di deretan kursi di depan saya kadang berjalan ke belakang. Lha ini duduk di depan, kok malah jalan kebelakang?

Yang juga bikin heran setelah sampai di penyeberangan Gilimanuk -- Ketapang , saya seumur -- umur baru lihat kalau ada bus dan truk bisa masuk kapal. Rumah saya di Jayapura berdekatan dengan pelabuhan laut, tapi yang saya lihat naik di kapal -- kapal besar milik PELNI itu hanya manusia dan barang saja.

Tidak ada kendaraan yang masuk sama sopir, kondektur dengan penumpang -- penumpangnya. Ini kapal lebih kecil dari Kapal Umsini, Kapal Tatamailau, Kapal Dobonsolo, tapi kok semua masuk? Tidak tenggelam kah? Selama 30 menit menyeberangi selat bali, saya berdiri di tepi kapal dan berharap semoga aman sampai di dermaga.Lucu memang bila dikenang

Rasa was -- was di atas laut berlanjut ke darat. Hari sudah larut malam ketika bus mulai bergerak dari Banyuwangi. Duduk di samping jendela, meski gelap di luar saya berusaha melihat dan mengingat apa saja tempat yang dilewati.

Ini yang namanya Jawa, kata saya dalam hati:). Jalanan mulai menanjak. Rasa kantuk datang, namun baru mulai terlelap sebentar, tiba -- tiba terjaga kembali. Bus yang melaju dengan kencang melakukan gerakan zig zag dan menyalib 2 kendaraan di depan nya. Pada saat yang bersamaan, dari arah berlawanan datang bus lain.

Ya Tuhan....kaya gini naik bus malam. Gimana ngga ketar -- ketir penumpang nya. Saya lihat jalan di kiri kanan tidak lah lebar, namun sang sopir sepertinya sudah terlatih dengan medan jalan dan resiko tabrakan antar bus. Memang benar peribahasa, alah bisa karena biasa.

Melewati Madiun, Nganjuk, Kertosono, Sragen, Klaten, Solo dan akhir nya Sampai di Jogja. Waktu itu kira -- kira sekitar jam 2 siang. Turun dari  bus, sudah dikerubungi tukang ojek, becak dan kondekur bus lain yang mencari muatan (penumpang). Saya ingat pesan dari teman satu angkatan di Unud yang berasal dari Solo: Kalo kamu lagi di Terminal bus atau di Stasiun Kereta Api di Jawa bila ditawari angkutan dan kamu tidak berminat bilang saja mboten mas atau mboten Pak. Jadi saya praktekan nasihat teman saya itu..Hehe

Becak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun