Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

PHK, Sedia Payung Sebelum Hujan

15 Desember 2014   01:43 Diperbarui: 3 September 2021   13:35 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya yang namanya institusi seperti di atas itu, tentunya tidak mungkin seperti perusahaan tempat sahabat saya bekerja yang tiba - tiba diumumkan akan di PHK. Makanya ribuan anak muda mati - matian jadi PNS meski bayar puluhan juta supaya masa depannya terjamin.

Paling tidak dapat uang pensiun di hari tua. Tapi kayaknya ngga terjamin - jamin amat, karena gaji PNS juga ngga besar - besar amat. Kebanyakan berharap setelah jadi pegawai, SK PNS nya bisa dimasukkan di bank sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman buat cicil rumah, dan lain - lain. 

Setelah itu tiap bulan terima gaji yang di slip gajinya tertera potongan ini potongan itu. Ada beberapa nasabah saya di kantor yang berprofesi sebagai pegawai negeri yang ditolak aplikasi kreditnya karena banyak potongan di slip gajinya.

Secara analisa kredit tidak masuk hitungan DSR dan DIR. Sebaliknya ada banyak nasabah yang bekerja sebagai karyawan swasta yang disetujui aplikasi kreditnya karena secara kapasitas dan penghasilan jauh lebih layak dibiayai. 

Kembali ke diri kita sendiri, mau bekerja di mana. Bila mau di perusahaan swasta besar gaji yang besar, bekalilah diri sewaktu masih kuliah dengan keahlian yang dibutuhkan pada bidang diperusahaan itu. Sehingga setelah tamat cukup 'punya modal' untuk menembus seleksi. 

Bila setelah diterima dan bekerja, suatu waktu bilamana kita di PHK , nama besar perusahaan itu ditunjang dengan kemampuan yang sudah kita punya, kita bisa sedikit 'lebih mudah' untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang lain.

 3. Membaca 'tanda alarm' 

Bila kita bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan, kita tidak pernah tahu apakah perusahaan tempat kita bekerja bisa terus bertahan atau tidak. Atau mungkin masih bisa terus bertahan tapi terus merugi.Disubsidi terus oleh induk perusahaan. 

Bila kita bisa membaca 'tanda alarm' gulung tikar lebih awal sebelum pengumuman resmi dari perusahaan, mungkin kita bisa mengantisipasi lebih awal dan mempersiapkannya. 

Sebagai contoh, dua bulan lalu sahabat saya di atas menceritakan kepada saya bahwa manajemen di kantornya melakukan stop selling untuk produk yang mereka jual. Otomatis pembelian secara tunai maupun kredit tidak dibuka. 

Sampai kapan? Sahabat saya mengatakan sampai bulan Desember. Dan akhirnya, tepat bulan ini kantornya di tutup. Kebijakan stop selling itu mungkin merupakan 'tanda alarm' bahwa kantornya lagi megap - megap dari dua bulan yang lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun