Mohon tunggu...
D. Adnindya Amalia
D. Adnindya Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan UM

All we need is freedom. Be humble, be kind, be the ♡.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Public Speaking (2)

20 April 2021   07:55 Diperbarui: 20 April 2021   08:02 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan lain-lain.

Dokpri
Dokpri
Semua berawal dari pikiran kita yang dimana semua itu diciptakan oleh pemikiran kita masing-masing. Percaya atau tidak, pikiran kita dapat mengubah apa yang kita yakinkan untuk berbicara di depan banyak orang. Yang asalnya percaya jadi gugup tergantung kondisi.

Terkadang seorang siswa yang sedang melakukan public speaking di depan kelasnya, tiba-tiba ada kepala sekolah yang datang ke kelasnya menjadikannya menjadi gugup.

Sebagai contoh lain, pernah lihat orang yang bawa pistol andaikan kita berada di dekat orang itu. Apa yang akan kita lakukan? Deg-degannya sangat luar biasa, bukan? Pikiran kita menjadi kosong.

Jadi, ambillah langkah terbaik yaitu menghipnotis diri sendiri terlebih dahulu. Akhirnya 100% akan mulai mereda dan semangat lagi untuk melanjutkan public speaking untuk kedepannya.

Di zaman sekarang, para public speaker itu takut yang namanya jabatan dan lulusannya peserta dibanding senior yang berpengalaman. Kenapa demikian? Karena kalau gugup, kita bisa dipanggil senior itu.

Apa yang kita bayangkan (rasa takut). lepaskan saja itu. Kita pasrahkan dan tetap rileks, tersenyum, kemudian memberi arahan dan motivasi.

Setiap orang punya caranya masing-masing dalam berbicara. Ada yang suka ngelawak, ada yang suka pantun. Itu tidak salah. Membuat hiburan agar audience tidak mengantuk ditambah diri kita juga tidak tegang. Tugas kita semua harus menemukan ciri khas kita sendiri terlebih dahulu.

Suka sulap? Belajar sulap atau suka memberi motivasi? Hapalkan berbagai isi motivasi dan kombinasikan dengan pikiran kita. Yang perlu dihapalkan itu isi motivasinya atau tujuan motivasinya untuk teks keseluruhan tidak perlu dihapal karena miliki orang lain atau kita sebut dengan nama pengembangan teori.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun