"MILF lagi saya suka sekarang"
"ada kemarin saya download, ibu-ibu main sama teman sekolahnya anaknya" ujar Didit yang begitu bahagia, saat saya dan Anuar kesusahan.
Saya memang tak pernah meragukan kualitas Didit dalam menuturkan film bokep yang dia saksikan, secara runut pada kami. Bahkan pernah sekali, saat dosen filsafat menerangkan tentang kisah Socrates, Didit yang duduk bersama saya di bangku belakang, juga sibuk menceritakan secara runut dan jelas, bagaimana Ariel menunggangi Cut Tari di atas ranjang. Tak tanggung, dia berkisah mulai sejak kedua artis tersebut buka baju, foreplay, hingga mengerang saat mencapai puncak klimaks. Sempurna. Saya yang ikut terangsang mendengarnya, hanya bisa berpegang pada iman saya yang ala kadarnya, agar tak sampai coli di dalam ruang kuliah.
Anuar tiba-tiba bangkit dari duduknya, dan membanting korek gas yang ada di tangannya. "Ahh... Puki!" Dia menggerutu.
Saya paham benar apa yang dirasakan kawan saya ini. Satu hal yang siang itu tak bisa saya pahami adalah: Didit terus mengoceh soal film dewasa, saat kami sedang kebingungan mencari solusi untuk Anuar.
Melihat kasus Anuar, saya sempat kepikiran untuk menjadi seorang Fyodor Dostoyevsky saat ia menulis kisah kelamnya di buku yang berjudul The Gambler. Dalam buku tersebut, Dostoyevsky berkisah tentang hidupnya yang hacur karena judi. Dan, di detik terakhir, ia masih sempat berpikir untuk menulis buku sebagai imbalan untuk membayar hutang judinya.
Tapi apa mungkin saya bisa mengikuti jejak Dostoyevsky? Ah, tidak mungkin. Apa yang akan saya tulis? Sebaiknya ide itu saya lupakan saja. Batinku.
Anuar berjalan sedikit menjauhi kami. Dari lantai lima gedung belum jadi ini, Kota Makassar bisa terlihat jelas. Anuar melempar pandang sejauh mungkin. Sepertinya dia akan gantung laptop atau pensiun dari dunia judi. Sama sekali saya tak berpikir jika dia akan nekat untuk melompat dan bunuh diri. Tidak, kawan ini tak sebodoh itu. Dia mungkin kini merasa sebagai orang terbuang dan tak ada yang bisa menolongnya.
Anuar kini membuang pikirannya jauh ke kampungnya, Nunukan. Dia menjadi manusia asing di tanah orang lain. Parahnya, dia mendapat cobaan dikala berada di tanah rantau. Yah, Anuar ibarat serpihan kriuk yang ada dalam minyak penjual gorengan.
Semakin saya merenungi nasib Anuar, semakin semangat pula Didit yang hanya berada selangkah di sampingku, untuk terus menceritakan kisah tentang Brandy Love, aktris porno yang kini digemarinya.
"Kau tauji itu Brandy Love, hampirmi 50 tahun umurnya, tapi masih mantap". Cerocos Didit berapi-api.