Mohon tunggu...
Faisal Anas
Faisal Anas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perbedaan Elektabilitas Jokowi dan SBY Jelang Pemilu

27 Februari 2018   12:22 Diperbarui: 27 Februari 2018   12:41 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publik bisa melihat dalam beberapa peristiwa yang terjadi, diantaranya penyalahgunaan wewenang atau kriminalisasi penyalahgunaan wewenang pimpinan KPK, proses pembahasan RUU Pengadilan Tipikor, keluarnya perppu No. 4 Tahun 2009, dan terpilihnya 3 Plt. Pimpinan KPK.

Pada masalah penyalahgunaan wewenang pimpinan KPK pada SeptembSBY untuk melakukan 'intervensi', namun SBY menyatakan tidak mungkin mencampuri urusan teknis penyidikan. SBY sempat mempertemukan Polri dan KPK, namun SBY kembali mendapat poin plus ketika ia menyatakan tetap menghormati proses hukum yang sedang berjalan.

3. Perbedaan Penanganan Inner Circle

Inner ircle atau orang dekat presiden bisa menteri, asisten, ajudan, pengurus di partai politik, pengacara, hingga tokoh lain yang mempunyai pengaruh. Fenomena 'licinnya' Setya Novanto menjadi gambaran bagaimana treatment Jokowi kepada salah satu orang terdekatnya tersebut.

Sebagai Presiden, Jokowi bisa saja menggunakan powernya untuk segera menuntaskan kasus hukum setnov. Setnov di sini terkesan memeliki kuasa yang lebih besar daripada Presiden sendiri. Penuntasan perkara pun berbelit-belit, mulai dari alasan sakit hingga kecelakaan dimunculkan untuk menghindari proses hukum.

Beberapa bekas politisi Partai Demokrat seperti Anas Urbaningrum dan Nazarudin juga pernah terlibat masalah hukum. Namun Presiden ke-6 RI tersebut tidak melindungi oknum-oknum tersebut.

KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang. Ia diduga menerima pemberian hadiah terkait proyek Hambalang saat masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Proses hukum dan penangkapan Anas terbilang lancar, tidak ada drama yang terjadi. Padahal posisi keduanya sama-sama sebagai Ketua Umum Partai pendukung pemerintahan saat terjerat kasus korupsi.

Meski demikian setiap pemimpin punya caranya sendiri dalam memperlakukan orang-orang terdekatnya. Jika SBY memilih untuk menegakkan hukum tanpa pandang bulu, mungkin Presiden Jokowi lebih memilih untuk menunggu, membaca situasi, dan berbicara dengan media untuk menenangkan rakyat yang resah dengan perangai orang-orang dekat presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun