Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Traveler

Membaca untuk Menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jabatan yang Menakutkan

20 Juni 2024   08:38 Diperbarui: 20 Juni 2024   08:38 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang kerja (Dokpri)

Saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman pribadi saya, semoga bermanfaat untuk dijadikan pelajaran atau bahan renungan. 


Setahun yang lalu, saya dilantik untuk menempati posisi jabatan di salah satu kantor vertikal Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Sesaat setelah dilantik ketika itu, saya menerima banyak sekali telepon maupun pesan singkat dari teman dekat, teman biasa, teman jauh, hingga mantan atasan yang memberi ucapan selamat.

Ucapan selamat dan doa dari mereka tentu patut saya syukuri, dan saya balas dengan ucapan terima kasih dan doa pula.

Sebelumnya, saya sudah beberapa kali dilantik untuk beberapa jabatan yang berbeda, namun ucapan selamat yang saya terima tidaklah sebanyak dan seantusias seperti saat itu.


Terus terang, hal itu membuat saya sedikit bertanya-tanya.

Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memang sempat berpesan kepada saya pada saat memberi ucapan selamat sesaat setelah pelantikan. 

Ketika itu beliau sempat berpesan, "Saya titip Makassar ya, pak Adnan?"

Bagi saya, pesan ibu menteri tersebut adalah hal yang lumrah karena saya memang ditugaskan di kantor vertikal Kementerian Keuangan yang berada di Makassar.

Baru terasa istimewa dan aneh jika setelah pelantikan itu, beliau tiba-tiba berpesan, "Saya titip Denpasar, ya?" atau "Saya titip Chinta Laura, ya?"

Meskipun kata orang, saya pulang kampung, jabatan yang diamanahkan kepada saya itu tidaklah seistimewa jabatan di kantor pusat (Jakarta) misalnya.

Sebagian orang malah bisa berpikir negatif, saya ditempatkan di luar Jawa karena tidak perform di kantor pusat (Jakarta).

Saya akhirnya bertanya pada seorang teman, mengapa mereka begitu antusias memberi selamat kepada saya.

Menurut teman saya itu, jabatan yang diamanahkan kepada saya itu merupakan salah satu jabatan yang diidamkan oleh banyak pegawai pajak karena besarnya kewenangan dan kekuasaannya.

Memang benar, dengan jabatan itu, saya diberi kewenangan untuk mengelola SDM, keuangan, pengadaan barang dan jasa, serta masih banyak kewenangan lain, termasuk melakukan pengawasan sebagai pimpinan unit kepatuhan internal terhadap para kepala kantor pajak yang ada di wilayah yang meliputi tiga provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Jika benar karena itu, bagi saya, hal tersebut tidaklah menyenangkan atau membanggakan, namun justru menakutkan.

Faktanya memang banyak kita jumpai orang-orang yang menghalalkan segala cara demi mengejar jabatan, bahkan banyak yang melakukan apapun demi mempertahankan jabatannya. Padahal jabatan yang kita pegang, akan dimintai pertanggung jawaban, bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat nanti.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga sudah mengingatkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. al- An'am: 32).

Rasulullah juga pernah bersabda dalam haditsnya bahwa jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar. (HR Muslim).

Lord Acton juga pernah menulis bahwa kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang tanpa batas juga akan korup secara tanpa batas.

Sebagai manusia biasa, saya tentu punya banyak kekurangan yang dapat memungkinkan saya untuk melakukan kesalahan. Hal itulah yang membuat saya takut saat itu hingga hari ini.

Tidak ada yang bisa saya lakukan selain berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan berdoa agar selalu diberi petunjuk jalan yang lurus.

Oleh karenanya, setiap ada kesempatan, saya juga selalu meminta pejabat dan pegawai di bawah saya untuk tidak segan menegur saya, apabila saya melakukan kesalahan dalam membuat kebijakan.

Pada kesempatan ini, saya juga memohon doa tulus dari teman-teman semua agar saya senantiasa diberi hidayah agar tetap konsisten menjaga integritas dan tidak melakukan pelanggaran, seperti korupsi, dan hal-hal buruk lainnya.

Semoga kisah saya ini bisa diambil hikmahnya dan dijadikan pelajaran untuk ke depannya, dimanapun kita bekerja dan beraktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun