Pada saat libur lebaran yang lalu, saya mengajak putri saya untuk mengunjungi Museum Balla Lompoa yang berada di Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tujuannya adalah agar putri saya itu bisa mengenal sejarah dan asal-usul daerah leluhurnya.
Museum ini didirikan pada tahun 1973 yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa dan penyelenggaraan acara-acara resmi kerajaan.
Kerajaan Gowa adalah kerajaan yang berpusat di selatan Pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kerajaan ini didirikan oleh para bangsawan Gowa dengan mengangkat seorang wanita yang disebut Tumanurung dan suaminya Karaeng Bayo sebagai pasangan Raja Gowa pertama pada awal abad ke-14.
Pada masa kejayaannya, wilayah Kerajaan Gowa meliputi Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Nusa Tenggara, Timor, Maluku Selatan, hingga Filipina Selatan dan sebelah utara Benua Australia.
Sejak pertama didirikan, Raja Gowa disebut Somba, Setelah Raja Gowa ke-14, yaitu I Mangerangi Daeng Manrabbia masuk Islam pada awal abad ke-17, gelar Somba diganti dengan Sultan, sehingga I Mangerangi Daeng Manrabbia diberi nama Sultan Alauddin.
Salah satu Raja Gowa yang populer karena kegigihannya melawan penjajah Belanda adalah Raja Gowa ke-16, yaitu Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur pada abad ke-17.
Kerajaan Gowa berakhir ketika Raja Gowa ke-36, yaitu Sultan Aiduddin menyatakan Kerajaan Gowa bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia kemudian merubah Kerajaan Gowa menjadi Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan dan melantik Sultan Aiduddin sebagai Bupati Gowa yang pertama pada tahun 1957.