Tidak menunggu lama, belasan orang turun dari atas kapal galai itu, lalu melompat naik ke atas perahu Oruc.
Ilyas yang tidak sabar melihat orang-orang itu, mencoba menghampiri mereka dengan pedang terhunus di tangan kanannya, namun Oruc menahannya.
"Sabar!" kata Oruc sambil mencengkram tangan kanan adiknya itu.
Â
Salah seorang dari mereka, yaitu pria yang berjanggut lebat dan bertubuh tambun melangkah ke hadapan Oruc.
Pria itu adalah Marinos, kapten kapal galai itu. Pria yang memiliki parut di wajahnya itu adalah mantan bajak laut yang tadinya sudah bertobat. Dia lalu direkrut menjadi prajurit Kesatria Rodos.
Pengalamannya sebagai pelaut, membuat dia diberi kepercayaan oleh Pemimpin Agung Kesatria Rodos untuk menjadi kapten di salah satu kapal galai yang bertugas menjaga perairan Laut Aegea di sekitar Pulau Rodos.
Kembali ke kehidupan laut yang keras menggodanya untuk kembali melakukan kejahatan, dia mencegat dan merampok kapal-kapal kecil dan perahu-perahu layar. Jabatannya sebagai kapten kapal dia manfaatkan untuk menggunakan kapal dan awaknya dalam melakukan aksinya.
Sepertiga dari hasil rampasannya dia ambil, sementara sepertiga lainnya dia bagi-bagikan kepada para awak kapal dan dia setorkan kepada pemimpinnya di Rodos, yang dia laporkan sebagai harta rampasan dari bajak laut. Â
Oruc memperhatikan penampilan Marinos dari atas hingga ke bawah. Pria itu mengenakan seragam militer, lengkap dengan pedang dan tameng. Di bagian dada kostumnya itu terpampang tanda Salib Merah yang menunjukkan kalau dia adalah kesatria pengikut Ordo Santo Yohanes dari Yerusalem. Belasan orang di belakangnya menggunakan kostum yang sama, mereka seakan sudah siap untuk berperang.
Kini Oruc dan Marinos sudah berhadap-hadapan. Dari bau nafasnya, Oruc dapat menghirup aroma alkohol dari mulut pria itu. Marinos dan kawan-kawannya memang memiliki kebiasaan meminum minuman keras sebelum melakukan aksinya.
(Bersambung)
Disalin dari Novel Barbarossa