Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Seorang Mantan Pejabat

1 Maret 2016   16:11 Diperbarui: 1 Maret 2016   16:19 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku merasa perlu untuk lebih dahulu mengucapkan salam pada mereka berdua, tetapi entah mengapa lidahku terasa berat dan bibirku seperti terkunci. Aku pikir mungkin ini karena tubuhku yang membeku, sehingga aku sulit untuk menggerakkan bibir dan lidahku. Aku mencobanya lagi, tak bisa. Aku coba lagi, tetap tak bisa. Aku tetap tak mampu mengucapkan sepatah katapun, bahkan untuk menggerakkan bibir pun aku tetap tak mampu! Ada apa denganku?

“Siapa Tuhanmu?!”

Suara itu begitu menggelegar. Aku tersentak dalam keterkejutan yang amat sangat, aku merinding dalam histeria ketakutan. Malaikat itu menanyakan, siapa Tuhanku. Ya, siapa Tuhanku. Tentu aku akan menjawab Allah. Dan aku harus segera menjawabnya! Aku mencoba menjawabnya, akan tetapi kedua bibirku tetap tak mampu kugerakkan. Sedikitpun tak mampu, kaku. Tubuhku merinding sejadi-jadinya. Peluh membasahi seluruh wajah dan tubuhku. Dalam suhu yang begitu dingin, entah mengapa keringat justru mengucur deras di seluruh tubuhku. Ketakutan menderaku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Mulutku terkunci, tubuhku kaku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku betul-betul tak mampu berbuat apa-apa lagi. Aku pasrah…

“Siapa Nabimu?!”

 “Apa kitabmu?!”

Bibirku tetap tak bisa berkata-kata. Oh, seandainya bisa, aku ingin sekali menjawabnya. Aku tahu jawabannya, aku ingin menjawabnya. Namun lagi-lagi aku hanya bisa terdiam dalam kebekuanku. Kini, aku benar-benar pasrah…

Aku masih tidak mengerti, mengapa aku bisa menjadi bisu begini. Mulutku benar-benar terkunci. Bukankah inderaku yang lain dapat berfungsi dengan normal? Bukankah sesungguhnya aku bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Kalau aku tidak dapat menjawabnya, lalu apa gunanya pengetahuanku selama ini tentang Tuhan, nabi, dan kitab yang ditanyakan oleh malaikat-malaikat itu? Aku ingin memprotes, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku yakin Tuhan pasti tahu kegelisahanku saat ini, tetapi mengapa Dia tidak jua menolongku? Dimanakah Dia saat ini? Ah, betapa kecewanya aku, apa yang aku bayangkan dulu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang aku alami saat ini! Ingin rasanya aku memberontak atau setidaknya berunjuk rasa seperti yang sering dilakukan oleh orang-orang bayaranku dulu, tetapi aku tak mampu. Saat ini aku hanyalah makhluk kaku yang tak berdaya.

“Apa saja yang telah kau lakukan selama hidupmu di dunia?!” bentak salah satu dari mereka, gelegar suaranya semakin keras membahana.

Aku semakin panik, kegelisahanku memuncak. Pertanyaan apa lagi ini? Aku belum sempat menjawab ketiga pertanyaan tadi, malaikat yang angkuh itu sudah memberiku satu pertanyaan lagi. Apa saja yang telah kulakukan selama hidupku di dunia? Aku yakin, yang mereka tanyakan adalah perbuatan baikku selama di dunia. Selama ini aku telah melakukan begitu banyak perbuatan baik. Aku sering menjadi donatur pembangunan mesjid, aku banyak membantu pesantren dan panti asuhan, aku membayar zakat[2], aku melaksanakan shalat lima waktu, dan aku pun sudah berhaji[3]. Aku rasa sudah cukup banyak amalanku selama ini. Aku ingin mengungkapkan semuanya, akan tetapi lagi-lagi aku tak mampu. Mulutku masih terkunci. Semua kata-kata yang ingin aku ungkapkan terhenti hanya sampai di tenggorokanku.

“Jawablah wahai manusia!” bentaknya sangat keras, bagai gelegar petir menghentakku.

Aku kembali larut dalam histeria ketakutan yang tiada tara. Aku ingin menjawabnya, tetapi mulutku masih terkunci juga. Adakah sesuatu yang lain yang dapat membantuku menjawabnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun