Mohon tunggu...
Adna Mumtaza
Adna Mumtaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Laut Cina Selatan: Dinamika Geopolitik dan Tantangan Kedaulatan

31 Mei 2024   20:30 Diperbarui: 31 Mei 2024   20:50 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain itu, permusuhan yang sudah mengakar dan informasi yang salah semakin memperumit masalah kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan. Sentimen negatif yang terus-menerus terhadap kegiatan maritim asing harus diatasi jika pembuatan kebijakan yang rasional dan upaya diplomatik ingin berhasil. 

Menurut Mery, Noor, dan Napang (2018), "Benih kebencian yang tertanam harus segera dihilangkan karena hal tersebut merupakan ancaman bagi kedaulatan Indonesia." Ketidakpercayaan yang mengakar seperti itu memicu agitasi publik atas pelanggaran yang dirasakan, sehingga menghambat resolusi damai melalui jalur diplomatik. Selain itu, peran penting Generasi Z dalam membentuk opini publik dan dialog nasional memperparah dinamika ini (Mery et al., 2018). 

Oleh karena itu, sangat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengatasi persepsi generasi ini dengan mempromosikan narasi kolaboratif alih-alih konfrontatif sambil secara bersamaan memperkuat kemampuan pertahanan. Sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan pemahaman publik melalui komunikasi yang transparan tentang pelanggaran teritorial yang sebenarnya. 

Hal ini akan membantu mencegah kebijakan reaksioner yang didorong oleh sentimen populis. Dengan menyelaraskan tujuan strategis dengan pandangan publik yang terinformasi, Indonesia dapat menegakkan kedaulatan maritimnya dengan lebih baik di dalam tatanan geopolitik yang rumit di Laut Cina Selatan.

Singkatnya, jelas bahwa memastikan kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan tetap menjadi tantangan di tengah-tengah perselisihan regional yang sedang berlangsung. Hal ini divalidasi oleh data substansial dan sumber-sumber ilmiah. 

Kristiyanto, Widodo, dan Putro (2021) berpendapat bahwa "wilayah kedaulatan Indonesia," terutama di zona sengketa seperti Laut Natuna, sering kali menghadapi ancaman yang membahayakan keamanan dan kedaulatan nasional. Temuan mereka memperjelas bahwa ketegangan geopolitik termanifestasi melalui konflik militer serta intimidasi ekonomi dan eksploitasi sumber daya yang tidak sah, sehingga semakin menyulitkan Indonesia untuk mempertahankan kontrol yang efektif atas perairannya. Pelanggaran yang terus menerus dilakukan oleh kapal penangkap ikan asing tidak hanya melemahkan ekonomi lokal, tetapi juga membuat negara-negara tetangga semakin berani dengan menormalisasi kegiatan ilegal (Kristiyanto et al., 2021). 

Indonesia, seperti harimau di hutan, menghadapi tantangan dan ancaman. Dengan waspada dan cerdik, ia menjaga teritorinya. Kekuatan pertahanan dan diplomasi menjadikannya tangguh. Dibutuhkan keberanian dan kebijaksanaan seperti harimau, di dalam dan luar, untuk menjaga kedaulatan negara dari segala penjuru.

 

 

Referensi

Asmoro, N., Marsetio, M., Zuhdi, S., Putro, R. W., & Putri, R. (2022). Management of national security in analysis and threat assessment of Indonesian sovereignty. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 8(4), 1038-1048.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun