Bisnis yang berkembang merupakan bisnis yang bisa melewati berbagai rintangan dan berbagai persaingan. Bisnis juga akan terus bertahan apabila terus memperbaharui strateginya untuk menyesuaikan dengan zaman dan trend yang sedang diminati. Namun tidak jarang juga bisnis selalu mempertahankan strategi bisnis yang usang sehingga terkadang bisnis tersebut selalu tergerus oleh zaman.
Strategi bisnis di setiap zamannya tentu saja selalu diperbaharui untuk menyesuaikan dengan target market dari bisnisnya. Begitu juga dengan saat ini, ada berbagai strategi yang sering dilakukan oleh bisnis untuk mencapai tujuan yang diinginkan, strategi tersebut salah satunya adalah reverse psychology.
Apa itu Reverse Psychology?
Dilansir dari Cambridge Dictionary reverse psychology adalah sebuah metode untuk mencoba membuat seseorang melakukan apa yang kita inginkan dengan meminta mereka melakukan hal sebaliknya dan mengharapkan mereka untuk tidak sependapat dengan kita.
Contoh dari reverse psychology yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika orang tua mengatakan kepada anaknya “Jangan minum es nanti kamu sakit”, namun anaknya malah melakukan sebaliknya.
Di Indonesia sendiri, strategi reverse psychology bukanlah suatu yang baru, biasanya strategi tersebut dilakukan oleh bisnis menengah ataupun bisnis yang mengandalkan pemasaran digital. Salah satu brand yang pernah melakukan strategi reverse psychology adalah Gojek, misalnya seperti pada gambar di bawah ini:
Iklan dari Gojek tersebut sekilas mengatakan bahwa iklan tersebut tidak berguna bagi orang yang melihatnya. Namun ketika disaksikan sampai akhir, ternyata iklan tersebut menjelaskan mengenai fitur perlindungan yang dimiliki oleh Gojek bagi para penggunanya. Pada dasarnya reverse psychology bisa membuat strategi pemasaran tidak statis. Namun reverse psychology juga memiliki banyak manfaat bagi bisnis, di antaranya sebagai berikut:
Baca Juga: Affiliate Marketing: Pengertian, Cara Kerja, dan Jenis Jenisnya
Manfaat Reverse Psychology dalam Bisnis