Hal ini disebabkan karena hampir setiap hari Dimas mengunjungi sungai untuk mengumpulkan sampah.
Jong Nusantara dan Pirolisis
Semua bermula ketika Dimas mulai mendaki kembali pada tahun 2008. Saat itu, dia melihat banyak sampah di sekitar gunung. Hal tersebut yang memotivasi Dimas untuk mendirikan Jong Nusantara yang mayoritas isi di dalamnya adalah para pendaki.
Jong Nusantara ini didirikan sebagai wadah untuk mengedukasi para pendaki agar peduli pada lingkungan. Dengan adanya Jong Nusantara ini, Dimas berharap permasalahan sampah di sekitar gunung dapat segera terselesaikan.Â
Pada tahun 2012, Dimas ingin membuat sebuah festival ramah lingkungan di Karimunjawa. Namun, kegiatan ini tidak terlaksana karena ada kendala dan kebingungan dengan cara mengelola banyaknya sampah tersebut.
"Adanya Jong Nusantara membuat saya ingin mengadakan festival ramah lingkungan di Karimunjawa. Karena saya dan teman-teman bingung akan kita olah menjadi apa sampahnya, akhirnya festival ini tidak jadi terlaksana".
Kecintaannya pada pendakian membuat Dimas memutuskan untuk mendaki Gunung Rinjani sekitar tahun 2013 dan 2014. Disanalah Dimas menyadari bahwa permasalahan sampah ini bukan hanya ada di gunung-gunung Pulau Jawa tapi juga ada di luar Pulau Jawa.Â
Banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Dimas terkait penyelesaian masalah ini, sampai akhirnya dia bertemu dengan Rumi, mahasiswa S2 Geologi. Rumi memberikan informasi bahwa sampah plastik bisa diolah kembali menjadi minyak bumi karena sampah plastik itu sendiri terbuat dari minyak bumi.Â
Mendengar informasi tersebut, Dimas sedikit tidak percaya tetapi merasa tertarik dengan hal itu. Karena merasa tertarik, Dimas meminta kepada Rumi untuk mencarikan beberapa artikel yang membahas tentang pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.Â
"Saat mendengar informasi bahwa sampah plastik bisa diolah menjadi minyak bumi saya tertarik, walaupun masih merasa percaya tidak percaya. Karena pada saat itu, saya masih minim sekali pengetahuan mengenai pengolahan sampah", jelas Dimas.