Oleh Eviyanti
Pendidik Generasi dan Pegiat Literasi
Marak diberitakan di media elektronik dan media online lainnya bahwa adanya pesta seks "Swinger" yang terjadi di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Bali.
Seperti yang dikutip oleh media online kompas.com, pada hari Sabtu (11-01-2025) -- Di balik tirai kehidupan rumah tangga yang tampak biasa, tersimpan kisah kelam nan memilukan. Sepasang suami istri, IG (39) dan KS (39), menjalani kehidupan yang berujung pada jeratan hukum karena mengatur pesta seks dan pertukaran pasangan atau swinger. Awalnya hanya dari fantasi pribadi, tapi seiring berjalannya waktu berubah menjadi tragedi. Mereka mendirikan situs komunitas, kemudian mulai mendapatkan keuntungan ekonomi. Namun, kini yang mereka bangun hanya menyisakan kegetiran.
Kisah ini menjadi peringatan keras bahwa tindakan yang bertentangan dengan hukum dapat menghancurkan segalanya, keluarga, reputasi, bahkan masa depan anak-anak yang tak berdosa. Ironisnya lagi, mereka menggunakan uang yang didapatkan dari bisnis gelap tersebut untuk menghidupi keluarga, termasuk dua anak mereka yang masih berusia dini.
Miris, saat ini banyak yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Tak hanya generasi muda saja, tapi saat ini semua kalangan pun telah terbawa arus yang merusak moral mereka.
Semua ini terjadi tidak lain karena sistem sekuler yang menjadi akar masalah kerusakan moral. Sehingga pergaulan menjadi makin liberal sebagai akibat makin jauh dari tuntunan agama. Bahkan semua usia menjadi rusak karena pergaulan yang makin bebas tanpa aturan dan bebas memuaskan hawa nafsunya. Sehingga membuat kerusakan moral di tengah-tengah masyarakat. Paham sekuler liberal yang menjauhkan agama dari kehidupan, telah nyata merusak sendi kehidupan, menghilangkan sensitivitas umat pada perilaku maksiat yang mendangkalkan akidah umat.
Alih-alih negara mewujudkan generasi emas, negara dengan sistem kapitalis sekuler justru melahirkan aturan yang melemahkan moral generasi. Negara hari ini justru memfasilitasi liberalisasi pergaulan, misalnya adanya aturan kontrasepsi untuk pelajar dan pendidikan kespro yang berasaskan peradaban Barat. Juga kebijakan kesetaraan gender dan semua turunannya yang berkiblat pada Barat, seperti hak reproduksi dan bodily autonomi.
Namun, berbeda dengan Islam. Karena Islam akan menjaga kemuliaan manusia, dan memerintahkan negara menjaga nasab. Dengan berbagai mekanismenya, seperti menerapkan sistem pergaulan Islam, sistem pendidikan berbasis akidah Islam, sistem sanksi yang tegas dan menjerakan.Â
Negara juga akan menutup semua celah masuknya ide-ide liberal, media-media sekuler dan memberi sanksi tegas terhadap tindak maksiat yang dapat merusak moral generasi. Karena hukum Islam memiliki fungsi sebagai penebus dosa (jawabir) dan memberikan efek jera (zawajir), dengan begitu mereka tidak akan melanggar dan mengulangi perbuatannya lagi.
Sungguh Islam akan membangun suasana masyarakat yang islami, ketika diterapkan dalam semua lini kehidupan. Sistem sahih yang berasal dari Sang Khaliq, Allah Swt. akan menjadikan masyarakat lebih terjaga akidah dan pergaulan, karena Islam akan  memuliakan seluruh umatnya.
Wallahualam bissawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H