Saya akui bahwa saya adalah penjelajah tapi lemah. Saya sering bepergian ke luar kota menggunakan bis, mobil, kereta api, kapal, pesawat tapi saya punya titik lemah yang parah. Saya mudah mabuk darat ataupun mabuk laut. Bahkan saya juga mengidap mabuk di ketinggian. Awalnya mual, kemudian keringat dingin dan akhirnya saya ingin muntah.Â
Ada 3 hal yang biasanya saya sediakan ketika bepergian, yaitu minyak angin, Tolak Angin dan kantong muntah. Banyak orang yang tak tau penyakit bawaan ini. Karena saya sangat pandai menyembunyikannya. Jika saya sudah merasa dingin di bagian perut dan mulai berkeringat, saya segera menggunakan minyak angin di bagian tengkuk dan pelipis. Jika ternyata tak mempan, saya segera meminum Tolak Angin.Â
Cara minumnya pun tidak langsung sekaligus. Biasanya saya robek di bagian ujung plastik dan menghisap cairan jamu dengan perlahan. Hal ini saya lakukan untuk menghilangkan mual. Rasa pedas manis segar dari campuran Adas, Kayu Ules, Daun Cengkeh, Jahe, Daun Mint dan Madu membantu saya untuk menghilangkan rasa ingin muntah.Â
Mungkin karena di Indonesia orang sudah terbiasa dengan bau-bau obat tradisional seperti ini, membuat banyak orang tak heran dan berlalu lalang seperti biasa jika saya melakukan proses menghisap bungkus Tolak Angin.Â
Berbeda cerita saat saya menempuh pendidikan di Belanda. Ketika saya pergi praktek lapang di Texel, Den Helder, saya tidak memeriksa isi tas dengan baik. Awalnya saya merasa sudah memasukkan minyak angin ke dalam tas, namun ternyata saya tak membawanya. Tiba-tiba saya merasa pusing ketika tiba di atas kapal menuju Texel. Rasa mual semakin bertambah ketika semua orang bersiap untuk naik mobil.Â
"Semoga supirnya bisa bawa mobil dengan perlahan," doa saya dalam hati. Namun ternyata sang supir merupakan mantan pembalap jalanan. Ia lumayan ngebut. Ternyata pengemudi kendaraan di pulau ini selalu membawanya dalam kecepatan tinggi. Saya pun hampir muntah. Untungnya saya masih mempunyai satu bungkus Tolak Angin di dalam tas. Akhirnya saya pun merobek sedikit di plastik Tolak Angin untuk menghilangkan mual.Â
Ketika saya buka dan mulai menghisap salah satu sisi Tolak Angin, semua orang mulai bertanya-tanya. Mereka bertanya tentang bau yang menguar dari bungkus Tolak Angin. Â Karena bau campuran bahan-bahan tradisional ini sangat melegakan hidung dan tenggorokan.Â
Mereka semua berharap untuk mencicipi Tolak Angin yang saya minum. Namun karena saya hanya punya satu bungkus Tolak Angin, dan sudah ada bekas saliva di robekan bungkus TolakAngin. Hahah. Dengan terpaksa mereka tak bisa saya bagi. Tapi beberapa dari mereka meminta saya untuk membawanya suatu saat ke kampus.Â
Saya pikir perjalanan di Texel akan berhenti di hari itu, ternyata kami masih memiliki perjalanan naik kapal nelayan di Wadden Sea. Untungnya teman saya, Dita, masih punya stok 2 bungkus Tolak Angin yang mau ia bagi kepada saya.Â
Tak terbayangkan bagaimana leganya saya, ketika Dita mengatakan masih punya stok Tolak Angin dan mau berbagi. Sehingga perjalanan saya menggunakan kapal tak tercederai dengan bau-bau muntah. Haha. Kebayang kalau pas lagi nangkep ikan ada campuran muntah di dalam jaring. Terima kasih Dita dan Tolak Angin telah menyelamatkan perjalanan panjang saya.Â
Temani Waktu Belajar
Walaupun teman-teman internasional saya disini menertawakan cerita saya tentang "winds enter the body" atau bisa diartikan sebagai "colds" . Sebenarnya masuk angin ini merupakan gejala di saat tubuh memproduksi gas yang berlebih sehingga kita bersendawa. Di Indonesia konsep masuk angin sudah menjadi bagian dari kultur. Tak heran jika banyak istilah kerokan, pijat, ngeteh ataupun minum Tolak Angin sebagai penyembuh dari masuk angin.Â
Karena banyak variasi dari masuk angin saat ini, membuat Tolak Angin melakukan uji diversifikasi produk demi kepuasaan pelanggan. Ada Tolak Angin bebas gula yang cocok bagi orang yang tak suka manis dan membatasi gula, Tolak Angin Anak yang cocok untuk anak-anak berumur 2-6 tahun, Tolak Angin Flu yang baik untuk menghadang flu datang.Â
Selain itu ada juga Permen Tolak Angin yang membantu melegakan tenggorokan dan juga Permen Tolak Angin Flu yang membantu melegakan pernafasan. Tak hanya itu, saat ini Tolak Angin pun sudah memiliki minyak angin yaitu Tolak Angin care yang mengandung minyak aktif jahe dan peppermint. Kesemua produk menggunakan bahan-bahan tradisional dan berkualitas. Karena itulah Tolak Angin tetap mendapatkan hati di masyarakat dan telah menemani masyarakat Indonesia selama 88 tahun.Â
Semoga Tolak Angin terus berjaya dan menjadi terus menjadi pelopor musuh masuk angin. Salam dari Belanda.Â
Semua orang mengerubungi saya untuk bertanya tentang Tolak Angin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H