Berenang di kolam Piranha sambil dadah-dadah dengan ikan ganas itu lebih baik daripada situasi yang Gadis hadapi sekarang. Setidaknya makhluk itu lebih imut daripada kutu-kutu kupret di kamarnya saat ini.
“Woi, Ndra! Bantuin surfing gih! Tugas kita gak kelar-kelar nih!” teriakan yang cukup nyaring memenuhi kamar Gadis yang kedap suara. Suara bocah bernama Gadis itu memang tidak berbeda jauh dengan suara tonggeret dalam kaleng.
“Ya elo sih, sukanya bacot terus. Gue kan jadi males ngerjainnya,” balas Diandra yang ditemani ciki-cikian dan televisi.
“Eleh, alasan aja lo. Bilang aja kalo mau nontonin drama kesukaannya emak-emak,” sahut Gadis seraya melemparkan pulpen ke lantai. Anak itu bangkit merebut paksa sebungkus snack dari tangan Diandra.Tangan Diandra yang semula akan menjumput stik pun terpaksa dicium angin.
“Gue heran deh sama lo. Apa bagusnya sih sinetron yang ceritanya itu-itu mulu?” tanya Gadis sembari menguyah makanan ringan hasil rampasannya. Oh, bukan. Lebih tepatnya snack miliknya yang sudah digondol Diandra. Diandra hanya diam saja dan membuka snack baru di sampingnya. “Biar gue tebak. Pasti si suami cerai sama istri pertama, lalu nikah sama perempuan lain. Abis itu istri kedua minta cerai trus suaminya jadi miskin. Ujung-ujungnya nyesel karna udah nyia-nyiain istri pertama. Alhasil, suaminya kena azab.” cerocos Gadis dengan posisi masih berdiri.
“Gak selalu gitu juga keles. Sinetron kek gini tuh ngingetin sama warga Indonesia biar mencegah karma sebelum menyesal,” sahut Diandra tidak terima.
“Mincigih kirmi sibilim minyisil,” nyinyir Gadis jengkel.
“Brisik! Lo berdua bisa gak sih diem bentar. Kuping gue gosong denger kalian ribut,” Aileen yang sedari tadi rebahan di sofa pun angkat suara sekaligus angkat badan.
“Lo juga! Coba lo jangan goler-goler mulu! Gue capek tau ngerjain sendiri. Kalian mau gue kick dari kelompok, ha? Gue tau kalian bego kalo denger Matematika. Tapi seenggaknya bantuin gue ngitung penjumlahan, kek!” dumel Gadis menghiraukan peringatan Aileen barusan.
“Oke-oke, gue bantuin.” ucap Diandra tanpa ekspresi. Diandra bangkit dari duduknya untuk beralih tempat dimana buku-buku berserakan. Melewati gadis yang bertolak pinggang menceramahi Aileen.
“Aaaa! Gue mager Dis, magerrr! Harus gue bilang berapa kali sih! Gue itu lagi ma-ger! Masih untung gue mau ke sini,” balas Aileen sembari menghentak-hentakkan kaki karena geram.