Mohon tunggu...
Adlan Almilzan Athori
Adlan Almilzan Athori Mohon Tunggu... Penulis - Sekretaris Jenderal OIC Youth Indonesia / Aktivis Muslim

Sekretaris Jenderal OIC Youth Indonesia / Aktivis Muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Umat Islam Terus Menjadi Korban? Analisis Isu Uyghur dan Penindasan di Era Modern

9 Oktober 2024   09:57 Diperbarui: 9 Oktober 2024   10:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain faktor politik internal, kepentingan geopolitik dan ekonomi memainkan peran penting dalam penindasan Muslim Uyghur. Xinjiang adalah wilayah strategis bagi China karena posisinya sebagai jalur utama dalam proyek Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan untuk menghubungkan China dengan Asia Tengah, Eropa, dan Timur Tengah. Pemerintah China berusaha memastikan stabilitas di wilayah ini agar proyek ekonomi ambisius mereka tidak terganggu oleh separatisme atau pemberontakan. Kepentingan ekonomi ini juga memengaruhi respons internasional terhadap isu Uyghur. Banyak negara, termasuk negara-negara Muslim, enggan mengecam China secara terbuka karena ketergantungan ekonomi mereka pada Beijing. China merupakan mitra dagang utama bagi banyak negara Muslim, terutama melalui proyek-proyek infrastruktur besar yang didanai oleh China. Akibatnya, negara-negara seperti Pakistan, Arab Saudi, dan Turki cenderung diam terhadap penindasan Uyghur, meskipun bukti-bukti pelanggaran hak asasi manusia sudah jelas.

Solidaritas Masyarakat Muslim yang Lemah

Salah satu faktor yang memperparah situasi umat Islam di berbagai negara adalah kurangnya solidaritas yang efektif di antara negara-negara Muslim. Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang seharusnya menjadi platform utama untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam, sering kali gagal memberikan tanggapan yang tegas terhadap isu-isu penindasan terhadap Muslim di seluruh dunia. Konflik politik, kepentingan ekonomi, dan aliansi geopolitik sering kali menghalangi tercapainya konsensus dalam isu-isu krusial seperti penindasan Uyghur.

Kurangnya solidaritas ini juga terlihat dalam respons negara-negara Muslim terhadap isu Uyghur. Meskipun ada beberapa seruan dari masyarakat sipil dan kelompok hak asasi manusia di negara-negara Muslim, tanggapan dari pemerintah-pemerintah Muslim cenderung lemah dan tidak efektif. Kepentingan ekonomi dengan China sering kali mengalahkan solidaritas agama, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk memberikan tekanan diplomatik terhadap Beijing.

Umat Islam terus menjadi korban di era modern karena kombinasi faktor historis, geopolitik, ekonomi, dan sosial. Warisan kolonialisme, Islamofobia global, dan kepentingan strategis negara-negara besar memainkan peran penting dalam penindasan terhadap Muslim di berbagai belahan dunia. Kasus Uyghur di China adalah contoh nyata bagaimana umat Islam dapat menjadi korban dari kebijakan represif yang didorong oleh narasi global tentang keamanan dan stabilitas. Untuk menghentikan siklus penindasan ini, diperlukan solidaritas global yang lebih kuat dan komitmen untuk menegakkan hak asasi manusia bagi semua umat Islam, tanpa memandang kepentingan politik atau ekonomi yang sempit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun