Tidak berbeda dengan ketersediaan tenaga dokter, proporsi desa dengan kecukupan tenaga bidan per jumlah penduduk juga masih jauh di bawah angka provinsi dan nasional. Kabupaten Sarmi memiliki proporsi bidan sebesar 0,28, sementara Provinsi Papua memiliki proporsi 0,50, dan secara nasional proporsi bidan mencapai angka 1,49. Angka proporsi desa dengan kecukupan tenaga bidan per jumlah penduduk dihitung dengan menggunakan standar kecukupan jika dalam 1 desa memiliki minimal 1 bidan per 1.000 penduduk (Kemenkes, 2010).
Dalam IPKM 2013, Kabupaten Sarmi justru memiliki catatan cakupan yang cukup bagus dibanding rata-rata provinsi maupun nasional, dalam status gizi balita misalnya. Kabupaten Sarmi memiliki cakupan balita stunting (pendek dan sangat pendek) 29,30%. Angka ini jauh lebih kecil dibanding rata-rata Provinsi Papua yang mencapai 40,08%, maupun rata-rata nasional yang berada pada kisaran 37,21%. Demikian pula dalam catatan cakupan balita gizi buruk-kurang (underweight), Kabupaten Sarmi memiliki cakupan sekitar 11,81%, jauh lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Papua yang berada pada kisaran 21,88%, dan rata-rata nasional sebesar 19,63%.
Fenomena ini bisa dimaklumi mengingat Kabupaten Sarmi memiliki letak geografis yang berada di sepanjang pantai Utara Papua yang tentu saja melimpah dengan sumber protein hewani andalan bu Susi Pudjiastuti, ikan laut. Meski tentu saja kita tidak bisa menafikkan local wisdom masyarakat Sarmi dalam hal pola makan dan kebiasaan konsumsinya. Karena saya justru menemui realitas yang berbeda pada wilayah dengan tipikal geografis yang sama di Kabupaten Probolinggo. Di Probolinggo justru cakupan balita stunting melebihi jumlah rata-rata provinsi maupun nasional.
Meski secara umum status gizi balita di Kabupaten Sarmi lebih baik dibanding rata-rata provinsi maupun nasional, tetapi tetap perlu diwaspadai kondisi lain yang biasa terjadi di wilayah perkotaan, overweight (kegemukan). Prevalensi balita gemuk di Kabupaten Sarmi justru jauh lebih tinggi dari angka provinsi maupun nasional. Kabupaten Sarmi memiliki cakupan prevalensi balita gemuk mencapai 21,34%. Angka ini jauh di atas angka rata-rata Provinsi Papua yang mencapai angka 14,98%, dan angka rata-rata nasional sebesar 11,76%.
Wilayah Transmigrasi SP 4
Menurut Kepala Kampung setempat, wilayah Bonggo Timur yang menjadi lokasi survei kami ini adalah daerah transmigrasi. "Saya datang ke sini sejak tahun 1996 pak. Itu di sini di wilayah SP 1, urut SP 2, 3, 4... sampai 8 di sebelah sana." Lebih lanjut kepala kampung asli Sunda tersebut menjelaskan bahwa wilayah yang menjadi sasaran survei ada di SP 4.
Di SP 4 hampir secara keseluruhan adalah para pendatang. "Saya sendiri dari Serang pak. Itu ada tetangga dari Jawa, NTB, Kupang... macem-macem lah pak di sini...," terang Bu Rusdi, istri Ketua RT setempat yang asli Serang, Jawa Barat.
Cerita kerasnya hidup yang harus dijalani di daerah bukaan transmigran baru cukup membuat trenyuh,
"Dulu kita datang diundi rumah itu sore pak. Kita cari itu jatah rumah malam-malam, ga keliatan apa-apa, kan masih hutan. Jadi kami lempar batu. Kan atapnya dari seng, kalau terdengar 'klontang' gitu... baru kami lihat nomor rumahnya, jatah kami atau bukan? Kalau bukan, kami lempar batu lagi, begitu terus sampai ketemu..."
"Dulu itu jalan ini (akses utama) belum ada pak. Kita masing-masing bikin jalan untuk nyampe depan rumah..."