Mohon tunggu...
Agung Dwi Laksono
Agung Dwi Laksono Mohon Tunggu... peneliti -

Seorang lelaki penjelajah yang kebanyakan gaya. Masih terus belajar menjadi humanis. Mengamati tanpa menghakimi. Mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Persalinan di Rumah Dukun, Kenapa Tidak?

17 Mei 2016   08:54 Diperbarui: 17 Mei 2016   09:08 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Surabaya, Home Sweet Home, 26 Maret 2012

 

Dear all,

Minggu lalu, tiga teman peneliti sedang melakukan pengamatan dalam sebuah moment pertemuan di Kabupaten Sampang-Madura. Dalam salah satu wawancara dengan Kabid Kesehatan ibu dan Anak Dinas Kesehatan terungkap bahwa kebanyakan masyarakat masih banyak yang memilih untuk melahirkan di rumah dukun bayi.

Persalinan di rumah dukun tetap menjadi pilihan, meski saat ini telah ada upaya pembebasan beaya persalinan ke tenaga kesehatan, bahkan termasuk pelayanan antenatal care maupun perawatan pasca persalinan. Faktor trust maupun kenyamanan patut diduga menjadi alasan utama memilih Dukun sebagai pilihan utama penolong persalinan. Dukun, yang telah berpraktek puluhan tahun telah mampu merebut kepercayaan masyarakat. Pelayanan penuh keikhlasan menjadikan tumbuh suburnya rasa nyaman.

Keikhlasan menolong persalinan dan bahkan sampai beberapa waktu pasca persalinan yang dihargai hanya dengan seekor ayam dan ucapan terima kasih pun diterima dengan pelayanan penuh kesabaran. Sesuatu yang jarang ditemui pada tenaga kesehatan.

Keberadaan dukun bayi, harus diakui merupakan salah satu aset kekayaan republik ini.

Pilihan pemerintah republik ini pada pelayanan medis modern yang lebih masuk rasio akal sehat, bukanlah merupakan pilihan yang salah. Meski tidak bisa juga serta merta melupakan local wisdom yang menjadi akar budaya dan pilihan masyarakat selama ratusan tahun.

Pilihan untuk selalu mengkambinghitamkan dukun bayi sebagai penyebab utama kematian ibu dan bayi saat persalinan sudah seharusnya mulai ditinjau ulang, meski banyak fakta yang menunjukkan banyaknya kematian saat persalinan dilakukan oleh seorang dukun bayi.

Tapi apakah fakta itu mampu menggeser kepercayaan masyarakat untuk tetap melakukan persalinan di dukun?

Pilihan untuk ‘menyingkirkan’ dukun telah diambil, tapi tetap saja angka kematian ibu dan bayi kita selalu di urutan buncit tertinggal dengan negara-negara kawasan sekitar.

Sudah saatnya lebih wise menyikapi kekayaan lokal budaya kita. Kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada dukun sudah seharusnya diambil sebagai salah satu aset yang harus diolah sebagai pengayaan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Bila benar masyarakat lebih merasa nyaman dan memilih untuk melakukan persalinan di rumah dukun daripada ke fasilitas kesehatan, kenapa tidak kita coba membuat kebijakan yang mem’boleh’kan itu?

Bagaimana bila meng’geser’ polindes ke rumah dukun?

Bagaimana bila menjadikan dukun sebagai ‘asisten’ bidan?

Menjadikan ‘rumah’ dukun sebagai tempat persalinan dengan bidan sebagai penolong persalinan, dan dukun bayi sebagai tenaga perawatan pasca nifas dengan supervisi dari bidan.

Tentu saja perlu banyak persyaratan dan penyesuaian bila benar kebijakan ini diambil.

Tapi bukan sesuatu yang mustahil bukan?

Bila kebijakan ini dilihat dari sisi medis, tentu saja klaim sebagai sebuah langkah mundur akan diteriakkan banyak pihak.

Bagaimana bila mundur satu langkah untuk maju sekian langkah berikutnya???

 

-ADL-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun