Sudah saatnya lebih wise menyikapi kekayaan lokal budaya kita. Kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada dukun sudah seharusnya diambil sebagai salah satu aset yang harus diolah sebagai pengayaan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Bila benar masyarakat lebih merasa nyaman dan memilih untuk melakukan persalinan di rumah dukun daripada ke fasilitas kesehatan, kenapa tidak kita coba membuat kebijakan yang mem’boleh’kan itu?
Bagaimana bila meng’geser’ polindes ke rumah dukun?
Bagaimana bila menjadikan dukun sebagai ‘asisten’ bidan?
Menjadikan ‘rumah’ dukun sebagai tempat persalinan dengan bidan sebagai penolong persalinan, dan dukun bayi sebagai tenaga perawatan pasca nifas dengan supervisi dari bidan.
Tentu saja perlu banyak persyaratan dan penyesuaian bila benar kebijakan ini diambil.
Tapi bukan sesuatu yang mustahil bukan?
Bila kebijakan ini dilihat dari sisi medis, tentu saja klaim sebagai sebuah langkah mundur akan diteriakkan banyak pihak.
Bagaimana bila mundur satu langkah untuk maju sekian langkah berikutnya???
Â
-ADL-