Mohon tunggu...
Abdillah Adlan Wicaksana
Abdillah Adlan Wicaksana Mohon Tunggu... -

cita-citanya dari kecil ingin menjadi insinyur, namun setelah besar, garis tangan berkata lain.. semua memang kehendakNya, tetapi semoga harapannya.. tentang menjadi manusia yang bertambah hari bertambah manfaatnya, bisa terwujud di dunia..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaji Murah, Peminatnya Tumpah Ruah

13 Januari 2012   14:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kenapa gaji seorang pemimpin  lebih tinggi dari yang dipimpinnya?.. tentu ada banyak jawaban yang bisa diberikan. dari yang bersifat normatif,  seperti besarnya tanggung jawab dan beban tugas atas pekerjaannya, maupun jawaban  yang bersifat apresiatif,  yang melihat dari sisi tingginya tingkat pemikiran dan resiko yang disandangnya.  namun saya ingin berpendapat lain dengan jawaban tersebut. boleh jadi dari sisi yang  sering kita lakukan dan kita lupakan pada pemimpin kita selama ini, yaitu dari beban tanggung jawab moral dan himpitan psikologis yang tentunya tidak lebih ringan, ketimbang beban yang disandang bawahan atau rakyatnya.

sangat dimengerti, dari seringnya mengkomunikasikan ide dan  gagasan, maupun penyampaian tugas-tugas yang mesti dikerjakan, diperlukan interaksi dengan  bawahan, baik langsung maupun  tidak langsung,  baik bersifat mendesak  maupun yang agak, dan tidak  mendesak. penyampaian tugas ataupun informasi yang menggembirakan, tentu saja dibalas dengan reaksi "positif", namun sebaliknya, jika tugas,  informasi, dan tindakan yang disampaikan atau dilakukan pemimpin bersifat tidak mengenakkan maupun  berdampak pada berkurangnya kenyamanan,  seringkali mendapat reaksi penolakan,  atau minim-minimnya "grundelan" dari bawahan. baik yang bersifat halus dan tidak transparan,  maupun  kasar dan malah kadang kadang berlebihan. inilah yang saya maksudkan..

sangat sering seorang pemimpin dibicarakan keburukannya, kelemahannya, kebodohannya, dan kekurangannya, dalam rangka melakukan tugas dan tanggung jawabnya. bahkan orang terdekat maupun keluarganyapun  terkena pula imbasnya. apalagi jika yang membicarakan adalah orang yang mempunyai tendensi negatif kepada pemimpin dimaksud, lengkap pula ditambahkan dengan "bumbu-bumbu penyedap rasa". bila ini memang menjadi resiko seorang pemimpin, inipulalah yang seharusnya dibayar lebih dari bayaran seorang bawahan ataupun orang yang dipimpinnya. makin sering ia di "rasani" dan ditentang, tentu beban psikologisnya semakin bertambah berat, dan tentunya pula gaji yang dibayarkannyapun  harusnya ditambahkan pula.  jadi kesimpulannya kita membayar gaji pemimpin  kita jauuuuu...hh lebih hemat, ketimbang orang amerika membayar gaji presidennya. berapa banyak rakyat indonesia yang membicarakan kejelekan pemimpin mereka, namun coba ditanya, untuk menambah lebih gaji  pemimpinnya apa  mereka bersedia dan menyanggupinya? anehnya,  sudah gajinya "murah", peminatnya tidak menjadi berkurang, malah bertambah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun