Mohon tunggu...
Adi Umar
Adi Umar Mohon Tunggu... -

baru menikah...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hasad dan Dengki

16 Juli 2012   04:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:55 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpesan, “Janganlah kalian saling hasad (dengki)…” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه)

Hasad yang dibolehkan

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang; seseorang yang Allah berikan harta kemudian ia menghabiskannya untuk kebaikan dan seseorang yang Allah berikan hikmah/ilmu kemudian ia mengamalkannya dan mengajarkannya. ” (HR.Bukhari Muslim dari  Ibnu Mas’ud رضي الله عنه)

Imam An-Nawawi berkata, “Yilang dimaksudkan hasad di atas adalah Al-Ghibthah, yaitu mengangankan nikmat yang dimiliki orang lain tanpa harapan akan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut.”

Jadi, hadits di atas menunjukkan bolehnya berangan-angan mendapatkan apa yang dimiliki orang lain dalam dua perkara, bukan menunjukkan bolehnya berharap agar hilang kenikmatan yang dimiliki orang lain dalam dua perkara di atas.

Obat hasad

Seluruh penyakit ada obatnya. Demikian disebutkan dalam salah satu hadits shahih. Dan hasad merupakan penyakit, maka pasti ada juga obatnya. Di antara obat yang-dengan izin Allah-bisa menyembuhkan seseorang dari hasad:

1. Menerima takdir yang telah Allah tetapkan atasnya dan atas orang lain.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhulmahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) agar kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan agar kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian.” (QS. Al-Hadid: 22-23)

Orang yang beriman kepada takdir tidaklah terlalu gembira terhadap kenikmatan dunia yang ia dapatkan dan juga tidak terlalu sedih terhadap kenikmatan dunia yang luput darinya. Makanya, ‘acuh’lah ia terhadap kelebihan orang lain. Sehingga dengan itu, terhindarlah ia dari hasad.

2. Memperbanyak melihat kepada orang yang lebih “rendah” darinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun