Mohon tunggu...
Muhammad Adiyaksa Putra
Muhammad Adiyaksa Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 ILMU HUKUM UNPAS

Belajarlah untuk mendapatkan kemuliaan dan keberkahan. Menulislah agar kamu dikenang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Dinasti: Kacamata Demokrasi dan Ilusi Oligarki

9 Maret 2021   08:07 Diperbarui: 9 Maret 2021   08:21 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi secara etika dan moralitas justru akan mendekonstruksikan nilai dari pada demokrasi itu sendiri. Hak untuk mencalonkan diri menjadi pejabat pemerintah pun gugur karena kalah oleh citra figur yang sudah didesain oleh keluarga petahana. 

Perdebatan Gagasan pembangunan dan  iklim intelektual jadi tidak terbangun, hal itu hanya bersifat formalitas dan prosedural saja. Selebihnya elektabilitas sudah ditentukan melalui lembaga survey dan transaksi modal dibalik meja. Tentu kuasa tersebut tidak menjamin apakah dia berkompeten, atau justru kurang kepekaannya dalam melihat persoalan yang terjadi dimasyarakat.

Anatomi Dinasti ini merupakan pandemi yang menular karena terus digunakan oleh sekelompok penguasa untuk melakukan ekspansi secara radikal.

Ini menghambat regenerasi kepemimpin bangsa karena calon pemimpin yang memiliki kompetensi integritas, memiliki komitmen dan gagasan pada perubahan justru putus dan terhenti karena malpraktik yang terus diperbaharui.

 Dia memiliki konsekuensi logis dan output negatif yang sangat besar, probability untuk korupsi pun dapat terlihat secara nyata. 

Menurut Zulkieflimansyah Dampak Negatif Apabila Politik Dinasti Diteruskan

  1. Menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada gilirannya menyumbat fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali kekuasaan. Dalam posisi ini, rekruit partai lebih didasarkan pada popularitas dan kekayaan caleg untuk meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari kalangan selebriti, pengusaha, "darah hijau" atau politik dinasti yang tidak melalui proses kaderisasi.
  2. Sebagai konsekuensi logis dari gejala pertama, tertutupnya kesempatan masyarakat yang merupakan kader handal dan berkualitas. Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di pusaran elit dan pengusaha semata sehingga sangat potensial terjadinya negosiasi dan penyusunan konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
  3. Sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Fungsi kontrol kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme 

ILUSI OLIGARKI

Masyarakat seolah-olah merayakan pesta rakyat, pesta demokrasi, memilih langsung bakal calon sesuai dengan hati nurani, para calon merupakan representasi dari masyarakat daerah yang memiliki tekat untuk melakukan perubahan.

Proses pemilihan ini sesuai dengan asas demokrasi yaitu Jurdil dan Luber. tetapi dibalik itu semua, tokoh tersebut merupakan pilihan menu para oligarki. 

Pejabat daerah yang memegang kekuasaan wilayah hanya sekedar boneka yang diperalat,walaupun kemasannya dinasti politik, tetap ada kelompok tertentu yang memainkan skenario. Seperti catur, raja dan ratu beserta pionnya dimainkan didepan layar, dibalik itu ada satu orang yang punya modal dan strategi. 

Michael foucalut melihat bahwa oligarki ini memiliki korelasi kuat antara kekuasaan budaya, politik dan relasi kekuatan yang imanen dalam ruang dimana kekuasaan itu beroperasi, maka sangat mudah bagi oligarki untuk mempermanenkan politik Dinasti sesuai hasil bargaining consensus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun