Mahabbah Budaya merupakan salah satu dari program-program yang diselenggarakan oleh Lawang Ngajeng Jogja setiap dua bulan sekali. Lawang Ngajeng cabang Jogja selain menggelar Mahabbah Budaya, juga mengagendankan kegiatan rutin Tabligh Budaya, Khaul Budaya setiap setahun sekali, pelatihan-pelatihan dari jurnalistik, leadership, keorganisasian, pengelolaan isu, dan lainnya. Selain itu, Lawang Ngajeng juga memiliki program beasiswa S1 dan S2. Saat ini, Lawang Ngajeng yang diasuh oleh Gus Wahyu NH Aly ini telah memiliki cabang di beberapa kota besar seperti Ciputat, Bekasi, Jogjakarta, Kebumen, dan beberapa kota lainnya.
Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso juga mengakui, Lawang Ngajeng tergolong sebagai komunitas terorganisir terbesar di Indonesia yang berbasis kebangsaan. Menurutnya juga, Lawang Ngajeng telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa tercinta Indonesia.
Mahabbah Budaya merupakan pagelaran diskusi dan penampilan seni yang diselenggarakan di café-café simpatisan Lawang Ngajeng dengan maksud mengajak masyarakat kembali ke khittah budaya. Mentradisikan dialog terbuka di ruang terbuka untuk pemikiran dan cara pandang yang terbuka. Lawang Ngajeng dalam dialognya juga menyuguhkan para tokoh nasional serta menampilkan kesenian-kesenian seperti teater, tari-tarian, hadrah, band, dll.
Mahabbah Budaya adalah kegiatan kultural, terbuka untuk umum, yang bersifat ajakan kepada semua kalangan yang memiliki minat dalam budaya dan kebersamaan. Harapannya, semua kalangan baik dari keluarga Lawang Ngajeng sendiri, undangan, atau semua orang yang hadir dalam acara Mahabbah Budaya, agar turut menyumbangkan gagasan serta apresiasi akan kreatifitas dalam prinsip kegotong-royongan untuk bangsa tercinta Indonesia.
"Di antara tujuan Mahabbah Budaya, itu memberikan ruang ekspresi bagi pegiat kesenian yang ada di Jogja untuk memberikan penampilan terbaiknya, sehingga mampu mendongkrak semangat mereka untuk terus berkarya dan berprestasi tentunya," tutur Ketua Lawang Ngajeng Jogja, Fitiani Nasution.
"Tidak hanya menyatukan perbedaan dalam bingkai kebersamaan, Lawang Ngajeng juga mampu mengispirasi banyak orang," kata Mahasiswi asal Medan ini.
Ketua tim Mahabbah Budaya, Umarul Faruq, juga menyampaikan hal senada. Menurutnya, keterlibatannya di dalam Lawang Ngajeng selama ini membentuk pribadinya lebih matang dalam berbangsa, memahami perbedaan secara bijak, serta meningkatkan etos kreatifitas.
"Saya memulai berkarya, baik dalam menorehkan karya tulis ataupun berkesenian, sejak saya masuk sebagai keluarga Lawang Ngajeng hingga saya dipilih menjadi ketua tim Mahabbah Budaya ini," papar pria berkacamata minus asal Madura.
Pada kesempatan yang sama, Dharmo, seniman yang melejit sebagai pelawak internasional melalui karyanya yang berjudul Dharmo Gundul, mengaku dirinya masuk sebagai keluarga Lawang Ngajeng karena di dalamnya membawa pesan pembebasan berkesenian dalam ruang kebersamaan.
"Komunitas Lawang Ngajeng, aku lihat visioner, inspiratif. Saya merasa bahagia menjadi bagian dari keluarga komunitas ini, demi bangsa kita," tuturnya.
Senada dengan Dharmo, musisi yang karya lagunya sering dibeli oleh musisi-musisi nasional, RM. Marlis Kustoyo, di tengah-tengah acara Mahabbah Budaya di English Café, Kamis 18 Oktober 2012, mengatakan akan pilihannya ikut bergabung dalam komunitas Lawang Ngajeng adalah pilihan berkesadaran. Mengingat, komunitas Lawang Ngajeng memiliki ikatan kekeluargaan yang berbasis kreatifitas, mengikat kebersamaan dalam perbedaan.
"Perbedaan di Lawang NGajeng bukan ditutupi, namun justru dibuka lebar-lebar. Baik perbedaan dalam agama, suku, budaya, sampai perbedaan dalam beropini. Semua dibuka tanpa tedeng aling-aling," paparnya
"Yang beragama Islam boleh berbicara seputar keislaman di depan teman-teman yang non muslim, dan begitu pula yang non muslim boleh berbicara tentang agamanya di depan teman-teman yang muslim. Semua boleh menggunakan identitasnya masing-masing, yang kristiani memakai salib, yang muslim juga boleh memakai kopyah atau identitas lainnya. Tapi semua diikat untuk bersama dengan kesadarannya. Inilah yang menarik, karena kukira tadinya mustahil, tapi Lawang Ngajeng membuktikannya," lanjut Marlis.
Hal senada juga disampaikan oleh mahasiswa pascasarjana HI, UGM, Mahmud Yunus, dan mahasiswa UPN, Basit. Menurutnya, Lawang Ngajeng memiliki nilai independensi yang terorganisir. Nilai menarik ini, menurutnya sehingga keduanya ikut sebagai bagian dari Lawang Ngajeng cabang Jogjakarta.
Sementara itu pengasuh Lawang Ngajeng Wahyu NH Aly atau yang akrab disapa Gus Wahyu mengatakan, Lawang Ngajeng merupakan komunitas yang siap mencetak generasi-generasi bangsa yang berbudaya, kreatif, progressif, kritis, dan penuh innovasi berbasis kebersamaan. Menurutnya juga, bangsa yang berbudaya akan mampu membawa kemajuan bagi suatu Negara.
"Indonesia akan maju dengan generasi-genarasi yang berbudaya," tutur Wahyu seusai mengisi acara Mahabbah Budaya - Lawang Ngajeng Jogja di English Café (18/10).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H