Pagi tidak selalu identik dengan kopi..
Langkah kaki, terus mengantar untuk mengabdi..
Setiap pagi, berpacu dengan mentari.
Ku lepas semua harapan yang aku miliki..
Ku tanamkankan semangat layaknya sinar mentari..
Aga aku bisa berguna untuk negeri.
Ku lepas harapan yang aku miliki..
Sebagai komitmen jiwa ini untuk negeri.
Orang yang aku sayangi..
Kini telah pergi..
Sebelum ia pergi, terlebih dahulu menagih janji..
Janji untuk dinikahi dan janji hidup semati..
Maafkan aku yang tidak bisa menepati.
Aku hanyalah seorang abdi, dengan apa aku menikahi.
Aku hanyalah seorang abdi ilegal yang bernodalkan peduli..
Dengan apa aku bisa menafkahi..
Keadaan tidak bersalah..
Hanya keinginanku yang bersalah..
Kenapa harus mengabdi..
Hati saya hanya berkata "Peduli"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H