Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alasan di Balik Pemilihan KH Ma'ruf Amin dan Sandiaga

12 Agustus 2018   19:18 Diperbarui: 12 Agustus 2018   19:56 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petahana Vs Oposisi | liputan6.com

Pada hari Jumat, (10/8/2018) Jokowi dan K. H. Ma'ruf Amin ditemani sembilan partai politik pengusung sudah mendaftarkan diri ke KPU sebagai calon presiden dan calon wakil presiden setelah sebelumnya Jokowi menggelar deklarasi di Gedung Joeang 45 atau Tugu Proklamasi.

Pada deklarasinya tersebut Jokowi menyampaikan kepada publik agar pilpres 2019 berjalan dengan sejuk dan damai, karena pilpres sejatinya adalah ajang adu gagasan dan sepak terjang.

Ia juga mengimbau kepada para pendukungnya yang memadati pelataran Gedung Joeang 45 dan KPU agar tidak berlebihan, sebab saudara kita di Lombok sedang berduka.

Sedangkan kubu oposisi, Prabowo Subianto dan Sandiaga mendaftarkan diri setelah shalat jumat dengan ditemani partai politik koalisinya yaitu PAN dan PKS. Demokrat yang sebelumnya nampak begitu mesra dengan gerindra malah tidak terlihat batang hidungnya.

Banyak pihak berpendapat jika retaknya hubungan Gerindra dan Demokrat akibat Prabowo tidak memilih AHY untuk mendampinginya di Pilpres 2019. Menariknya petahana maupun oposisi sama-sama saling menunggu, mengulur dan melihat kekuatan lawannya dengan mengumumkan bakal cawapres masing-masing di masa injury time.

Di sini publik dikejutkan dengan kedua kubu menjatuhkan pilihannya pada pilihan yang tidak diduga-duga oleh publik. Politik memang dinamis, tentu hal itu sudah diperhitungkan oleh masing-masing kubu.

Dalam memilih bakal cawapres yang menemani mereka pada pilpres 2019 nanti, ternyata pemilihan K. H. Ma'ruf Amin dan Sandiaga sebagai bakal cawapres dapat dijelaskan melalui teori pertukaran sosial dan konsep social capital.

Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/hadiah. (Damsar, 2015:62). Apapun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan, perkawinan, bahkan koalisi, dan pendamping pada pilpres 2019.

A. Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi.

Teori pertukaran melihat bahwa manusia terus menerus terlibat dalam memilih diantara perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cos and reward yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif ini. Suatu tindakan adalah rasional berdasarkan perhitungan untung dan rugi (Damsar, 2015:62).

Teori pertukaran dapat digunakan untuk memahami mengapa Jokowi memilih K. H. Ma'ruf Amin dan Prabowo memilih sandiaga menjadi cawapres pada pilpres 2018 mendatang. Keuntungan yang di dapat Jokowi ialah dapat menampik tuduhan bahwa Jokowi anti ulama. Andi arief membuat statement bahwa sandiaga memberikan 500 M sebagai mahar politik.

Jika itu benar adanya, Prabowo memilih Sandiaga sebagai wakil mendapat keuntungan logistik berupa uang sebagai dana kampanye pilpres 2019.

B. Perilaku Pertukaran Sosial Terjadi Apabila: (1) Perilaku Tersebut Harus Berorientasi pada Tujuan yang Hanya dapat Dicapai Melalui Interaksi dengan Orang Lain dan (2) Perilaku Harus Bertujuan untuk Memperoleh Sarana bagi Pencapaian Tujuan-Tujuan Tersebut.

Asumsi dari Blau ini, menurut Pioloma (1984), juga sejalan dengan pemikiran Homans tentang pertukaran perilaku sosial terjadi melalui interaksi sosial yang mana para pelaku berorientasi pada tujuan. Untuk memperoleh suara dari rakyat, petahana harus berorientasi pada perolehan suara begitu juga dengan kubu oposisi.

Perolehan suara ini hanya mungkin dilakukan melalui interaksi dengan orang lain. Tidak mungkin capres maju pada pilpres 2029 mendatang tanpa sosok cawapres. Perilaku untuk mendapatkan suara ini memerlukan sarana bagi pencapaiannya, misalnya hubungan koalisi partai politik.

Dalam hubungan ini, pihak tersebut melakukan interaksi dengan mengorientasikan perikakubya untuk memperoleh dukungan suara. Dengan cara ini pertukaran sosial bisa terjadi.

C. Transaksi-Transaksi Pertukaran Terjadi Hanya Apabila Pihak yang Terlibat Memperoleh Keuntungan dari Pertukaran Itu.

Sebuah tindakan pertukaran tidak akan terjadi apabila dari pihak yang terlibat ada yang tidak mendapatkan keuntungan dari suatu pertukaran, tidak selamanya  berupa ganjaran ekstrinsik seperti uang, barang-barang atau jasa, tetapi juga bisa ganjaran intrinsik seperti kasih sayang, kehormatan, kecantikan atau keperkasaan. (Damsar, 2015:63)

Seperti yang telah dikatakan diatas, tidak mungkin terjadi pertemanan, koalisi jika salahsatu pihak tidak mendapatkan apa-apa atau malah ada pihak yang dirugikan. Begtu juga koalisi yang terjalin dalam pilpres 2019. Tidak mungkin partai politik pengusung yang mengajukan bakal cawapres pada Jokowi dan Prabowo merapat kesuatu kubu jika tidak mendapat keuntungan, maka koalisi itu akan bubar atau partai politik yang memilih hengkang, contohnya demokrat.

Teori Modal Sosial (Social Capital).
Seorang sosiolog asal perancis, Pierre Bourdie, menjelaskan bahwa ada empat jenis modal, antara lain modal ekonomis, modal kultural, modal simbolik dan modal sosial. Bourdieu menempatkan istilah ini pada satu arah dengan melihat modal sosial sebagai aset yang dimanfaatkan oleh sekelompok elite, khususnya mereka yang memiliki modal ekonomi (finansial) dan modal budaya yang teratas (Akhyar, 2014:123).

A. Modal Ekonomi
Modal ekononi atau kapital ekonomi adalah modal yang dimiliki berkaitan dengan pemilikan harta benda (kekayaan, uang) yang dimiliki seseorang (Akhyar 2014:123).

Pada injuri time prabowo membuat kejutan pada publik dengan memilih sandiaga sebagai cawapres mendampingi dirinya. Dengan kata lain ia berpaling dari usulan cawapres partai koalisi dan GNPF, seperti AHY, UAS, Salim Asegaf.

Bila pendapat  Andi Arief itu benar maka dari sudut pandang modal ekonomi, Prabowo memilih pendamping juga tepat, sebab sandiaga mampu mennyutikkan modal ekonomi untuk kampanye, dan biaya kampanye tentu tidak sedikit apalagi untuk skala nasional.

B. Modal Budaya/Kultural.
Modal budaya atau kapital budaya ataupun modal simbolik adalah kemampuan dan vasilitas verbal, keterampilan, tingkat pendidikan dan pengetahuan akademis yang dimiliki seseorang. Atribut-atribut yang dimiliki ini menberikan kesempatan pada seseorang untuk mencapai tujuan dan kedudukan tertentu.

Jokowi memilih K. H. Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang mendampinginya pada pilpres 2019. Beliau melihat K. H. Ma'ruf Amin memiliki modal budaya yang potensial. Ini terbukti dari gelar Prof dan Dr yang dimiliki K. H. Ma'ruf Amin. Ia memiliki keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan yang memumpuni bahkan diatas rata-rata. Begitupun dengan Sandiaga.

C. Modal Sosial
Modal sosial menurut Bordieu memberikan manfaat langsung kepada anggota jaringan, selain itu membantu menggantikan kekurangan sumber yang lain. Kelompok sosial yang kuat, mereka yang memiliki modal budaya dan modal finansial cenderung memiliki modal sosial yang tinggi. Mereka cenderung melakukan koneksi dan jalinan erat dengan orang lain. Modal sosial adalah martabat dan kehormatan yang biasa menjadi sesuatu yang mendasar untuk menarik klien pada posisi sosial penting dan bisa menjadi alat tukar misalnya dalam karier politik (Bourdieu, 1977: 503).

Saya melihat bahwasanya kedua cawapres yang akan bertarung pada pilpres 2019 saling melengkapi paslonnya masing-masing, petahana dan K. H. Ma'ruf Amin lalu Prabowo dan Sandiaga. Apa yang mereka lengkapi? Yaitu modal budaya dan ekonomi dan pastinya jika sudah seperti ini modal sosial kedua paslon juga tinggi.

D. Modal Simbolik
Dalam pandangan Bourdieu (1977:183), kapital simbolik merupakan suatu bentuk kapital ekonomi fisikal yang telah mengalami transformasi dan karenanya, telah tersamarkan, menghasilkan efeknya yang tepat, menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk kapital 'materil' yang adalah, pada hakikatnya, sumber efek-efeknya juga.

Dapat disimpulkan bahwa kapital simbolik merupakan kapital yang terwujud dalam prestise, status, otoritas, dan kehormatan sosial, yang berasal dari keterampilan mengatur simbol sosial. Kedua cawapres memiliki modal simbolik yang membuat Jokowi memilih K. H. Ma'ruf Amin & Prabowo memilih Sandiaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun