Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Merdeka?

16 Agustus 2017   10:36 Diperbarui: 16 Agustus 2017   10:54 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: @sukarno_org)

17 Agustus 1945 adalah tanggal yang sakral bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, disaat itulah bangsa ini menentukan nasibnya sendiri lewat proklamasi yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Bulan Agustus kali ini Indonesia genap berusia 72 tahun. Terjalnya perjalanan menata negeri ini seakan belum berhenti. Demikian ruang 'kemerdekaan' yang ada, ternyata masih belum sepenuhnya memberikan arti merdeka yang sesungguhnya pada bangsa ini.

Ilustrasi, ketika Oerip Soemohardjo memberikan instruksi kepada para petinggi TKR untuk bersiap melawan Belanda pada Agresi Militer II (Sumber Gambar: Yeski Adi Putra)
Ilustrasi, ketika Oerip Soemohardjo memberikan instruksi kepada para petinggi TKR untuk bersiap melawan Belanda pada Agresi Militer II (Sumber Gambar: Yeski Adi Putra)
Diusianya yang hampir satu abad, negeri ini masih harus tertatih dalam memaknai kemerdekaan pasca revolusi fisik. Kita memang tak diserang dengan peluru tajam. Kita memang tak dibombardir dengan percikan api meriam, tapi sendi-sendi kehidupan bangsa ini mulai lupa akan jati diri ibu pertiwi.

Merdeka, bukanlah sebongkah batubata yang menjadi rumah hari ini.

Merdeka, bukanlah sebulir nasi yang kita makan hari ini.

Merdeka, bukan pula selembar uang yang ada di kantong hari ini.

Merdeka, tak lagi raga tapi jiwa.

Soekarno sedang berpidato dan mengingatkan bangsa Indonesia (Sumber Gambar: @sukarno_org)
Soekarno sedang berpidato dan mengingatkan bangsa Indonesia (Sumber Gambar: @sukarno_org)
Lalu, mengapa merdeka?

Rekan-rekan ku, ingatlah Ir. Soekarno pernah berkata, "Manusia yang merdeka adalah manusia yang terbebas dari rasa iri, dengki, srei, dahwen, panasten dan patiopen. Sehingga menjadi manusia yang selalu setiti, nastiti, surti dan hati-hati". "Manusia yang merdeka bukan manusia yang hanya mampu bersikap baik, juga bukan manusia yang hanya mampu bersikap bijaksana, tapi adalah manusia yang mampu bersikap bajiksana!"

(Sumber Gambar: TempoGoGo)
(Sumber Gambar: TempoGoGo)
Sekali lagi, mengapa merdeka?

Karena merdeka bukanlah korupsi yang makin merajalela. Bukan pula ekonomi yang makin tumbuh pesat. Merdeka bukan arogansi untuk meraih jabatan dan kekuasaan. Merdeka tidak membutuhkan perkelahian, hinaan dan cacian.

Merdeka, mengapa?

Karena kesadaran untuk mengembalikan jiwa yang hilang dari diri kitalah merdeka yang sebenarnya. Apa yang sudah hilang dari bangsa sebesar Indonesia? Ketika kita mampu mengembalikan kepedulian, tanggung jawab, dan kejujuran yang telah langka di ibu pertiwi, itulah merdeka.

Merdeka bukanlah bebas tanpa batas. Bukan pula bertindak semau gue dan lo. Kita merdeka karena kita mampu lebih peduli, lebih bertanggung jawab, lebih jujur, lebih dalam segala bidang kehidupan kita, untuk itulah kita merdeka. Merdeka yang seperti itu lebih dari cukup untuk bangsa ini.

(Sumber Gambar: chapter3d.com)
(Sumber Gambar: chapter3d.com)
Merdeka bukan raga, tapi jiwa.

Bangsa ini terlalu sibuk membangun raga dan fisik, hingga lupa untuk membangun jiwa kita. Bukankah Kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian hanya ada pada jiwa kita, bukan pada raga kita. Maka merdeka-kan jiwa kita jauh lebih baik dari merdeka-kan raga kita. Renungkanlah.

Mulai saat ini hingga seterusnya, merdeka jiwa sangatlah penting bagi bangsa ini. Karena di dalam jiwalah tempat bersemayamnya raga yang diikat oleh rasa. Merdeka jiwa membuat kita sadar bahwa hidup ini hanya sementara dan akan ada kehidupan yang kekal selanjutnya. Kata pepatah Jawa "urip iku paribasane mung mampir ngombe", hidup ini ibarat numpang minum. Merdeka jiwa lebih memikirkan persiapan kehidupan setelah kematian. Karena sejatinya kita hanya mampir sebentar di dunia.

Inilah momentum yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk kembali ke jiwa, bukan ke raga.

MERDEKA atau MATI!!!!!

Dirgahayu Ke-72 Republik Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun