Purnama memerah, sedang kau bersandar
tepat di bawah pohon yang rantingnya
hampir tak ada semua.
Kefanaan merayap sepanjang malam,
berpegangan pada sisa-sisa ranting
yang hampir patah. Hidup dalam bayang-bayang
sejarah gelap, kau tampak kelelahan.
Perlahan-lahan kabar tentang mereka
yang hilang muncul, mengalir begitu saja.
Kemesraan yang ditutup-tutupi, dan
kemudian dipaksa untuk dilupakan
dengan kutukan penuh misteri.
Menunggu ingatan-ingatan yang sejak lama hilang
sampai kecut serupa kusut wajahku.
Di tanah itu, kau sedikit geli.
Cahayanya memudar, memahat bahasa-bahasa
sejarah tentang mereka yang dihilangkan.
Sebentar lagi datang gelap, bayang-bayang
menjangkau keheningan. Mungkin selanjutnya
adalah mereka, kamu atau aku yang akan hilang.
Ambon, 5 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H