Mohon tunggu...
Adityarini K.
Adityarini K. Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Senang membaca tulisan dengan berbagai tema, terutama yang berkaitan dengan bahasa dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Benarkah Menanam Banyak Pohon adalah Cara Paling Efektif untuk Memerangi Perubahan Iklim?

4 November 2020   22:11 Diperbarui: 29 Januari 2021   23:03 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana yang saya kutip dari Insideclimate News, Scott Denning, seorang ilmuwan atmosfer dari universitas Colorado mengatakan bahwa sebagian besar lahan yang layak ditanami pohon sudah digunakan untuk pertanian dan perkotaan, sedangkan sebagian besar tempat yang potensial untuk dijadikan hutan seperti Amazon, Kongo, Indonesia, dan Asia Tenggara sudah memiliki hutan. Ini artinya bumi tidak memiliki lahan seluas itu untuk ditanami pohon, sehingga program penanaman satu trilyun pohon mungkin tidak akan dapat memenuhi target penyerapan karbon seperti yang diharapkan sebelumnya. 

Ditambah, dalam salah satu artikelnya, Michael Marshall, seorang jurnalis yang berfokus pada isu kehidupan dan lingkungan hidup menjelaskan bahwa di daerah dengan karakteristik iklim tertentu, aksi penanaman pohon dalam jumlah besar justru dapat menimbulkan dampak negatif dan mengakibatkan pemanasan. Fakta ini pun menguatkan bahwa wilayah bumi yang dapat digunakan untuk program penambahan pohon sangatlah terbatas, jika tujuannya adalah mengurangi pemanasan global.

Di Beberapa Negara, Program Penanaman Pohon Secara Massal Justru Menimbulkan Masalah

Penanaman pohon dalam jumlah besar membutuhkan kehati-hatian dan perencanaan yang matang. Kita perlu memperhitungkan faktor-faktor relatif termasuk keberagaman spesies, lokasi penanaman, ketersediaan air, dan potensi dampak sosial yang dapat ditimbulkan dari aksi tersebut. Penanaman pohon yang dirancang dengan sembrono justru dapat berakibat negatif terhadap lingkungan dan dapat menyebabkan masalah lebih besar pada krisis lingkungan hidup.

Di Chili misalnya, seperti yang ditulis oleh David Henry, program penanaman pohon dalam jumlah besar telah dilakukan sejak tahun 1974 hingga 2012. Namun, bukannya lebih baik, hasil dari program ini justru berdampak negatif terhadap lingkungan dan iklim. Aksi ini menyebabkan pembukaan hutan alami menjadi perkebunan yang hanya diisi oleh tanaman monokultur yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan penyerapan karbon alami.

Di China, menurut artikel yang ditulis Mark Zastrow, program penanaman pohon secara besar-besaran juga mengakibatkan beberapa masalah. Salah satunya, oleh karena pohon-pohon yang ditanam di sana adalah jenis pohon yang membutuhkan lebih banyak air daripada jenis pohon asli di daerah itu (native), daerah di sekitar proyek penanaman pohon menjadi lebih gersang. Program penanaman pohon ini pun berdampak pada berkurangnya jumlah air yang semestinya dapat mengalir ke sungai dan dapat memicu kekurangan air bagi manusia.

Di Indonesia, program penanaman pohon juga masih perlu mendapat kritikan. Saya ambil satu contoh, pada tahun 2016 Kementerian Pertanian RI melakukan aksi menanam 238.000 pohon yang dilakukan dalam 60 menit secara serentak, dan berhasil tercatat sebagai rekor dunia. 

Kegiatan ini diklaim sebagai bagian dari upaya Indonesia dalam memerangi perubahan iklim di samping juga ditujukan untuk peningkatan ekonomi rakyat. Jenis pohon yang ditanam di dalam aksi ini hanyalah pohon Kalindra dan pohon Jati. Kedua jenis pohon ini dinilai ideal karena manfaat ekonomisnya dapat dirasakan masyarakat dalam jangka pendek (Kalindra) dan jangka panjang (Jati). Artinya, sebanyak 238.000 pohon yang ditanam pada hari itu akan ditebang kembali dalam dua sampai dua puluh tahun ke depan. 

Salah satu poin penting yang sering dilupaka dari program penanaman pohon yang diklaim sebagai kegiatan melawan perubahan iklim adalah tujuan utamanya, yaitu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pohon memang dapat menyerap karbon dan menyimpannya dalam bentuk karbohidrat. Namun, begitu pohon mati, apalagi dibakar, karbon yang semula tersimpan akan dilepaskan kembali ke tanah dan udara. 

Itulah mengapa program penanaman pohon untuk membantu melawan perubahan iklim mestinya difokuskan pada penanaman jangka panjang dan berisi berbagai jenis tanaman, bukan untuk ditebang dalam beberapa tahun setelah pohon itu ditanam. Dan oleh sebab itu, upaya menjaga keutuhan hutan alami yang sudah kita miliki merupakan bagian yang sangat penting dalam memerangi perubahan iklim. 

Solusi yang Ditawarkan oleh Para Ilmuwan

Solusi yang bisa kita lakukan tentu saja bukan menghentikan penanaman pohon. Dalam beberapa hal, menanam pohon memiliki efek positif bagi lingkungan. Namun, kita perlu mempertimbangkan berbagai faktor relatif supaya program penanaman ini dapat mencapai tujuan. Menanam pohon dalam jumlah besar hanya baik jika jenis pohonnya tepat, di tanam di tempat yang tepat, dan dengan tujuan yang tepat.

Menurut para ahli iklim, jika kita ingin memerangi perubahan iklim, pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menjaga hutan alami yang sudah kita miliki, disusul dengan penanaman pohon (dengan perencanaan yang sangat hati-hati). Ketiga langkah ini mesti menjadi perhatian bersama. Jangan sampai seremoni penanaman pohon yang sangat bombastis membuat kita lupa akan dua langkah penting lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun