Perunggu menyadari bahwa pekerjaan sering kali membuat kita lelah dan frustrasi. Mengeluh adalah manusiawi, namun sepatutnya setiap aktivitas yang kita lakukan diakhiri dengan rasa syukur.
Berdzikir tidak mengenal ruang dan waktu. Di mana pun dan kapan pun seorang hamba seharusnya ingat dengan Tuhannya, termasuk ketika sedang bekerja.
Secara tidak langsung, lagu ini mengingatkan kembali para pekerja urban agar sesibuk apa pun pekerjaanmu, sempatkan waktu kepada-Nya. Terlalu ambisi mengejar karier (dunia) ternyata bisa membuat kita lupa akan segalanya.
"Teruslah bekerja, tapi jangan lupakan Tuhanmu."
Sebuah pesan implisit yang saya dapatkan setelah mendengar lagu ini seutuhnya.
Pada hakikatnya, manusia hanya bisa berencana dan berusaha. Soal hasil, biar Tuhan yang mengatur.
"Terus berenang, lanjutlah mendaki."
Selebihnya tetap ingat dan pasrahkan segalanya kepada Sang Maha Daya, karena-Nya semua kendali terambil alih.
Bukankah segala urusan menjadi mudah jika kita senantiasa berserah?
Menjadi pekerja kantoran atau tidak, kita semua memiliki kewajiban yang sama. Inilah pentingnya mengutamakan waktu kepada-Nya, bukan lagi menyempatkan. Tidak melulu soal dunia yang mengisi kepala.