Mohon tunggu...
Aditya Pratama
Aditya Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi

Empowering Youth, Shaping Tomorrow: Positive in Action, Strong in Character

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Janji Manis PT Timah: Pemuda Bangka Belitung dan Masyarakat Batu Beriga Tegas Menolak Tambang Laut

14 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 14 Oktober 2024   15:12 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami, Pemuda Bangka Belitung, tidak menolak pembangunan, tapi kami menolak pembangunan yang merusak. Masa depan lingkungan adalah hak kami, dan tambang laut bukanlah jawabannya. Kami berdiri teguh untuk alam yang lestari demi generasi yang akan datang."

--- Aditya Pratama

Rencana ekspansi tambang laut di Batu Beriga, Kabupaten Bangka Tengah, yang diusulkan oleh PT Timah kembali memicu perdebatan di tengah masyarakat lokal. Meskipun perusahaan dan pemerintah terus menyuarakan klaim manfaat ekonomi yang "luar biasa", masyarakat Batu Beriga, bersama pemuda Bangka Belitung, tegas menolak proyek tambang laut tersebut. Alasannya jelas: janji-janji manis tak cukup untuk mengatasi risiko kerusakan lingkungan, hilangnya mata pencaharian, dan dampak negatif jangka panjang yang mengancam keberlanjutan ekosistem.

Janji Ekonomi yang Tak Seimbang

PT Timah dan pemerintah setempat berusaha mengedepankan aspek ekonomi sebagai alasan kuat untuk mendukung tambang laut. Mereka menjanjikan peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, serta program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dinyatakan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal. Namun, janji-janji tersebut sering kali tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Berbagai penelitian dan referensi dari jurnal menunjukkan bahwa keuntungan jangka pendek dari kegiatan tambang jarang sekali dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar. Sebaliknya, yang sering terjadi adalah ketidakadilan ekonomi di mana hanya segelintir pihak yang menikmati hasilnya, sementara masyarakat lokal harus menanggung dampaknya.

Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh Nugraha dan Puspita (2021) dalam jurnal Environmental Impact of Coastal Mining Activities in Indonesia menunjukkan bahwa meskipun tambang laut bisa menghasilkan pendapatan ekonomi besar dalam jangka pendek, dampak negatif terhadap ekosistem laut seperti terumbu karang dan hasil laut jauh lebih merugikan dalam jangka panjang. Kerusakan ekosistem laut akan berdampak langsung pada nelayan setempat, yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal di Batu Beriga.

Penolakan Masyarakat yang Tegas dan Terorganisir

Masyarakat Batu Beriga tidak menolak begitu saja tanpa alasan yang jelas. Bagi mereka, tambang laut di perairan Batu Beriga lebih merupakan ancaman daripada berkah. Lingkungan laut yang terancam akan mempengaruhi sumber daya ikan yang selama ini menjadi penopang ekonomi masyarakat pesisir. Siregar et al. (2020) dalam jurnal Marine Resource Sustainability and Coastal Communities in Indonesia menegaskan bahwa aktivitas tambang laut mengakibatkan sedimentasi yang tinggi, sehingga mengurangi produktivitas ikan dan memperburuk kualitas air laut. Ini tentunya berdampak langsung pada para nelayan di Batu Beriga, yang bergantung pada hasil tangkapan laut untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Penolakan ini pun tak hanya datang dari kelompok nelayan dan masyarakat pesisir, tetapi juga dari kalangan pemuda di Bangka Belitung. Pemuda setempat menegaskan bahwa mereka harus menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kelestarian alam. Gerakan pemuda yang semakin solid dalam menolak tambang laut ini menegaskan adanya kesadaran kolektif yang semakin tumbuh, bahwa masa depan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi tidak bisa dikorbankan demi keuntungan sesaat dari pertambangan.

Menurut Firmansyah dan Putra (2022) dalam artikel Youth Environmental Movements in Coastal Areas of Indonesia, gerakan pemuda di daerah pesisir telah menjadi kekuatan yang signifikan dalam melawan ekspansi industri ekstraktif yang merusak lingkungan. Pemuda-pemudi Bangka Belitung berperan aktif dalam menggalang dukungan publik, menyuarakan aspirasi di media sosial, dan berkoordinasi dengan organisasi lingkungan hidup untuk menekan pemerintah dan perusahaan tambang agar menghentikan aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun