Mohon tunggu...
Aditya Pratama
Aditya Pratama Mohon Tunggu... Seniman - Producer Music

Music Is My Life

Selanjutnya

Tutup

Seni

Musik pada Karya Indang Pariaman

28 Mei 2023   23:34 Diperbarui: 28 Mei 2023   23:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indang Pariaman adalah kesenian lisan bernuansa islami dengan pembawaan khas Minangkabau yang berasal dari Sumatra barat tepatnya di Pariaman. Tari indang adalah suatu bentuk tradisi yang disampaikan secara lisan, dan indang juga termasuk kedalam sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil berdendang juga sambal memukul rebana kecil yang di sebut rapa’i. penyampaian syair-syair dalam indang ini hanya bernuansakan islam. 

Pemain indang juga di wariskan dari bapak nya masing-masing ataupun kakeknya jadi secara umum permainan indang pariaman tradisi secara turun temurun. Tari indang ini awalnya di surau, seiring berjalannya waktu dan zaman kini tari indang juga ditampilkan di tempat khalayak ramai, misalnya di acara pernikahan, festival adat daerah, upacara adat, dan untuk mengangkat datuak (orang yang di tuakan di Minangkabau).

Tarian Indang Pariaman ini di mainkan secara berkelompok, jumlah ganjil minimalnya 7 orang dan maksimalnya 13 orang berikut termasuk dengan penyair atau biasa di sebut tukang karang. 

Aba-aba untuk memulai tarian yang disebut juga “paningkah indang”. Tari indang ini dimulai dari jam 22.00 sampai waktu subuh. Lamanya tampil kurang lebih 60 menit, yang waktu durasi penampilannya ketiga kelompoknya berkisar kurang lebih 2 jam. Penampilan semua kelompok memiliki sesi tanya jawab yang kemudian semua kelompok ini menampilkan kesenian dengan bentuk segitiga yang disebut juga tiga tepi. 

Dalam indang ini juga ada 3 sesi pemain yaitu, pemain pangkal (utama) sepadan dengan undangan acara yang dating. Pada kesenian ini Bahasa yang digunakan dalam indang ini ialah bahasa arab, bahasa minangkabau, dan juga bahasa daerah setempatnya. Dalam permainan indang ini tidak ada batasan umur, pemainnya dimulai dari yang kecil sampai yang tua. 

Tari indang di turunkan secara turun temurun dari keluarganya. Pemain indang biasanya memiliki latihan ruting dengan diadakan setiap 1 kali seminggu pada waktu malam hari, jika ada warga yang meninggal waktu latihan akan di tunda 7 hari dari hari kematian tersebut untuk kemudian latihan kembali. 

Tari indang ini awalnya di surau, seiring berjalannya zaman tari indang di tampilkan di tempat yang ramai, misalnya di pesta pernikahan, festival adat atau upacara adat dan untuk pengangkatan datuk atau penghulu. Tari Indang Pariaman ini dimainkan selama 2 malam, malam pertama disebut dengan Indang naik dan malam kedua disebut dengan indang melambungkan.

Pada bahasan kali ini kami hanya membuat analisis dalam konteks musikalitas dan konteks budaya, yang kemudian akan kami paparkan secara tekstual dengan beberapa hal yang kami batasi pada poin-poin yang dirasa penting dalam analisis ini. Pada pemaparan ini meliputi bahasan mengenai musikalitas yang terdiri dari aspek :

  • Homofoni
  • Heterofoni
  • Polifoni
  • Interlocking

Kemudian di lanjut pada makna dari pembawaan kesenian itu sendiri yang bernuansakan islami dengan konteks religiuitas didalamnya.

Homofoni merupakan bentuk musik yang terdiri dari beberapa suara di mana satu suara melodi menonjol dengan jelas dan suara lainnya membentuk latar di belakang atau posisi dibawah dengan iringan harmonis, seperti terdengar pada bagian awal dalam kesenian Indang Pariaman dimana kesembilan pemain rapa’i membuat beberapa ritmik yang memiliki 2 layer yang berbeda. 

Para pemain memainkan ritmik yang apabila di teliti memiliki kelompok ritmik yang berbeda, seperti kelompok A dan B kemudian melodi yang meninjol bisa terlihat kontras pada pembawaan penyairnya. kelompok A memiliki ritmiknya sendiri sehingga memberikan beat yang saling bersahutan dengan kelompok B. pada dasarnya permaian Indang Pariaman dalam segi homofon dapat di ukur pada bentuk ritmiknya yang memiliki unsur aditif ritmik didalamnya.

Heterofoni adalah tekstur musik di mana suara-suara berbeda-beda karakter dan bergerak dalam satu ritme yang kontras. Tekstur seperti itu dapat dianggap sebagai sejenis monofoni kompleks di mana hanya ada satu melodi dasar, tetapi diwujudkan pada saat yang sama dalam beberapa suara, masing-masing memainkan melodi secara berbeda, baik dalam ritme atau tempo yang berbeda, atau dengan berbagai hiasan dan elaborasi. 

Dalam kesenian ini juga sangat mendekati pada pembawaan penyair nya, sebetulnya penyair atau tukang karang memiliki ciri-ciri dengan istilah monofoni dimana hanya ada suara tunggal, namun pendekatannya lebih kepada heterofoni karena lebih banyak variasi ornamentasi berkarakter yang bergantung pada keterampilan penyair itu sendiri dalam membuat ornamentasi yang menjadi ciri khas dari kesenian Indang Pariaman.

Polifoni adalah beberapa melodi yang dibatasi pada batas tertentu dan tidak bergantung satu sama lain. Ketika beberapa garis melodi yang sama berusaha mendapatkan perhatian kemudian dimensi tambahan dengan garis melodi yang beragam menciptakan kegembiraan yang mempertinggi harapan music. Contoh polifoni dapat didengar  ketika musisi jazz berimprovisasi melodi secara bersamaan. 

Pada kesenian ini kita juga dapat jumpai bagaimana ritmik polifoni itu diciptakan , kita bisa mendengarkannya pada saat bagian rapa’i itu dimainkan, sangat terasa ritmik yang terkesan ada pembagian ritmik pada gaya permaianan pola-pola tabuhan atau pukulan dalam permainan Indang Pariaman tersebut.

Interlocking teknik memainkan nada/ritme bersaut-sautan antara dua instrumen atau lebih. Kesenian indang pariaman sangat kontras terdengar banyaknya tabuhan yang memiliki ciri-ciri interlocking atau sahut sahutan antara 2 instrumen yang menjadiakan permainan terdengar sangat variative, tabuhan ritmik kelompok A dan kelompok B apabila di Analisa sangat jelas terjadinya interlocking pada permainannya.

Susunan permainan dalam INDANG PARIAMAN (PIAN INDANG) ini yang pertama, pada bagian awal atau intro terdapat aspek Homofoni, yang di dalamnya memainkan tabuhan Interlocking. Bila di dengar secara teliti Tabuhan rapa’i di bagian awal ini terbagi menjadi 2 kelompok ritmik, dengan pola tabuhan yang berbeda sehingga memberikan kesan beat yang bersahut-sahutan. 

Setelah itu masuk pada bagian kedua, terdapat penyair yang melantunkan syair - syair Islami dengan melodi yang cenderung statis tidak banyak improvisasi. Dari segi melodi ini sendiri cenderung banyak pengulangan. 

Bagian tiga, Pengulangan penyair dengan tambahan tabuhan rapa’i dengan pola ritmik yang sama tidak banyak variasi dan kesan sahut - sahutan seperti pada bagian awal. 

Selanjutnya sampai akhir permainan, Indang Pariaman atau Pian Indang ini diikuti dengan pengulangan syair, ditambah tarian Indang Pariamannya tersebut. Karena pada teorinya Indang pariaman ini merupakan kesenian campuran, selain tabuhan rapa’i terdapat tarian yang mencari ciri inti dari kesenian indang pariaman tersebut. Kemudian dalam konteks musik kesenian ini memiliki kombinasi tekstur dari beberapa jenis tekstur diatas.

Pertunjukan indang pariaman memiliki makna sebagai salah satu khazanah Melayu merupakan tradisi lisan yang merefleksikan nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu. 

Makna yang terkandung dalam seni pertunjukan indang bisa menjadi sebuah cermin bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat. Pertunjukan indang memberi gambaran pada masyarakat akan pentingnya menerapkan hidup yang bersahaja, saling menghormati, dan patuh kepada perintah Tuhan sesuai dengan budaya Melayu. Oleh karena itu pelestarian budaya ini penting dalam menjaga kebudayaan Minang khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun