Mohon tunggu...
Aditya Pratama
Aditya Pratama Mohon Tunggu... Seniman - Producer Music

Music Is My Life

Selanjutnya

Tutup

Seni

Musik pada Karya Indang Pariaman

28 Mei 2023   23:34 Diperbarui: 28 Mei 2023   23:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Heterofoni adalah tekstur musik di mana suara-suara berbeda-beda karakter dan bergerak dalam satu ritme yang kontras. Tekstur seperti itu dapat dianggap sebagai sejenis monofoni kompleks di mana hanya ada satu melodi dasar, tetapi diwujudkan pada saat yang sama dalam beberapa suara, masing-masing memainkan melodi secara berbeda, baik dalam ritme atau tempo yang berbeda, atau dengan berbagai hiasan dan elaborasi. 

Dalam kesenian ini juga sangat mendekati pada pembawaan penyair nya, sebetulnya penyair atau tukang karang memiliki ciri-ciri dengan istilah monofoni dimana hanya ada suara tunggal, namun pendekatannya lebih kepada heterofoni karena lebih banyak variasi ornamentasi berkarakter yang bergantung pada keterampilan penyair itu sendiri dalam membuat ornamentasi yang menjadi ciri khas dari kesenian Indang Pariaman.

Polifoni adalah beberapa melodi yang dibatasi pada batas tertentu dan tidak bergantung satu sama lain. Ketika beberapa garis melodi yang sama berusaha mendapatkan perhatian kemudian dimensi tambahan dengan garis melodi yang beragam menciptakan kegembiraan yang mempertinggi harapan music. Contoh polifoni dapat didengar  ketika musisi jazz berimprovisasi melodi secara bersamaan. 

Pada kesenian ini kita juga dapat jumpai bagaimana ritmik polifoni itu diciptakan , kita bisa mendengarkannya pada saat bagian rapa’i itu dimainkan, sangat terasa ritmik yang terkesan ada pembagian ritmik pada gaya permaianan pola-pola tabuhan atau pukulan dalam permainan Indang Pariaman tersebut.

Interlocking teknik memainkan nada/ritme bersaut-sautan antara dua instrumen atau lebih. Kesenian indang pariaman sangat kontras terdengar banyaknya tabuhan yang memiliki ciri-ciri interlocking atau sahut sahutan antara 2 instrumen yang menjadiakan permainan terdengar sangat variative, tabuhan ritmik kelompok A dan kelompok B apabila di Analisa sangat jelas terjadinya interlocking pada permainannya.

Susunan permainan dalam INDANG PARIAMAN (PIAN INDANG) ini yang pertama, pada bagian awal atau intro terdapat aspek Homofoni, yang di dalamnya memainkan tabuhan Interlocking. Bila di dengar secara teliti Tabuhan rapa’i di bagian awal ini terbagi menjadi 2 kelompok ritmik, dengan pola tabuhan yang berbeda sehingga memberikan kesan beat yang bersahut-sahutan. 

Setelah itu masuk pada bagian kedua, terdapat penyair yang melantunkan syair - syair Islami dengan melodi yang cenderung statis tidak banyak improvisasi. Dari segi melodi ini sendiri cenderung banyak pengulangan. 

Bagian tiga, Pengulangan penyair dengan tambahan tabuhan rapa’i dengan pola ritmik yang sama tidak banyak variasi dan kesan sahut - sahutan seperti pada bagian awal. 

Selanjutnya sampai akhir permainan, Indang Pariaman atau Pian Indang ini diikuti dengan pengulangan syair, ditambah tarian Indang Pariamannya tersebut. Karena pada teorinya Indang pariaman ini merupakan kesenian campuran, selain tabuhan rapa’i terdapat tarian yang mencari ciri inti dari kesenian indang pariaman tersebut. Kemudian dalam konteks musik kesenian ini memiliki kombinasi tekstur dari beberapa jenis tekstur diatas.

Pertunjukan indang pariaman memiliki makna sebagai salah satu khazanah Melayu merupakan tradisi lisan yang merefleksikan nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu. 

Makna yang terkandung dalam seni pertunjukan indang bisa menjadi sebuah cermin bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat. Pertunjukan indang memberi gambaran pada masyarakat akan pentingnya menerapkan hidup yang bersahaja, saling menghormati, dan patuh kepada perintah Tuhan sesuai dengan budaya Melayu. Oleh karena itu pelestarian budaya ini penting dalam menjaga kebudayaan Minang khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun