Mohon tunggu...
Aditya Perdana
Aditya Perdana Mohon Tunggu... Lainnya - moviegoer-turn-writer

Penggemar film dan musik yang ingin mencurahkan buah pikirannya ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

7 Alasan Spider-Man Versi Seram Ini Layak Tampil di Film Marvel

30 Januari 2021   17:02 Diperbarui: 30 Januari 2021   22:27 6276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spiders-Man, Kisah Laba-Laba Paling Seram (sumber: marvel.com)

Spider-Man merupakan salah satu karakter pahlawan super paling populer di dunia. Karakter yang diciptakan oleh Stan Lee dan Steve Ditko ini pertama kali hadir di buku komik Marvel berjudul Amazing Fantasy #15 pada bulan Agustus 1962. 

Sepanjang hampir 60 tahun keberadaannya, Spider-Man telah hadir pada berbagai media, mulai dari komik, animasi, hingga film. Tidak heran bila IGN menempatkan Spider-Man di peringkat ke-3 pada daftar 100 Besar Pahlawan Super Terbaik. 

Kepopulerannya tersebut telah melahirkan berbagai versi Spider-Man dengan keunikan masing-masing. Melalui konsep multisemesta, Marvel Comics memperkenalkan berbagai versi pahlawan super ini dari realita-realita yang berbeda. 

Salah satu yang paling menarik perhatian penulis adalah SPIDERS-MAN. Yups, bukan SPIDER-MAN, tapi SPIDERS-MAN. 

Menarik, karena versi ini bukan manusia, melainkan sekumpulan / koloni laba-laba radioaktif yang memiliki pikiran dan memori Peter Parker. Marvel pun mengklaimnya sebagai kisah laba-laba paling menyeramkan. 

Selaku penggemar film bertema horor dan superhero, penulis menilai bahwa Spiders-Man merupakan kombinasi yang tepat dan layak untuk tampil di film Marvel. Nah, berikut ini beberapa alasannya, guys. 

1. CERITA ASAL MUASAL YANG SANGAT BERBEDA DARI VERSI ORIGINAL

Peter Parker mengalami kecelakaan yang mengubahnya menjadi Spiders-Man (sumber: scans-daily.dreamwidth.org)
Peter Parker mengalami kecelakaan yang mengubahnya menjadi Spiders-Man (sumber: scans-daily.dreamwidth.org)
Spiders-Man memiliki origin story yang sangat berbeda dari versi Spider-Man original. Spiders-Man melakukan debut di buku komik Marvel berjudul Spider-Geddon #3 pada tahun 2018 dan mengambil latar tempat di Earth-11580 (sedangkan, Spider-Man original tinggal di Earth-616). 

Dikisahkan bahwa suatu hari Peter Parker mengunjungi Horizon Labs di mana dia mengalami kecelakaan terjatuh ke dalam koloni besar laba-laba yang diberikan paparan partikel radioaktif untuk eksperimen rekayasa genetik. 

Bisa dibilang hari itu Peter Parker telah tiada. Namun, entah bagaimana, kesadarannya diserap oleh koloni laba-laba tersebut. Secara kolektif, mereka memiliki pikiran dan memori dari Peter Parker. 

"Peter" menjauh dari teman-temannya, termasuk Gwen Stacy, dan memutuskan untuk menjadi pemberantas kejahatan dengan nama Spiders-Man. 

Tidak ada kisah sedih kematian Paman Ben ataupun semboyan populer "with great power comes great responsibility". Hanya kisah tragis anak muda berbakat yang harus menjalani hidup sebagai monster. 

Elemen dalam origin story ini sangat berbeda. Jika ditampilkan di film Marvel, Spiders-Man dapat memberikan sensasi yang sepenuhnya baru dan unik, khususnya bagi para penggemar Spider-Man. 

2. POTENSI EKSPLORASI KONFLIK INTERNAL SANG KARAKTER UTAMA

Konflik internal Spiders-Man: manusia versus monster (sumber: scans-daily.dreamwidth.org)
Konflik internal Spiders-Man: manusia versus monster (sumber: scans-daily.dreamwidth.org)
Spiders-Man tidak memiliki konflik internal yang sama dengan Spider-Man original. Identitas rahasia selalu menjadi isu klasik di hampir semua versi Spider-Man lain, tetapi tidak dengan Spiders-Man. 

Meskipun memiliki kesadaran Peter Parker, Spiders-Man bukan lagi manusia, sehingga identitas rahasia tidak menjadi isu utama. Konflik internal Spiders-Man adalah dia harus menerima kenyataan dirinya bukan lagi seorang manusia. 

Bahkan, pertanyaan mendasar adalah apakah makhluk ini adalah Peter Parker yang hidup dalam wujud koloni laba-laba atau koloni laba-laba yang berpikir mereka adalah Peter Parker? 

Belum lagi, "Peter" harus berusaha untuk melawan rasa lapar terhadap manusia. Kondisi ini terlihat seiring jalan cerita yang melibatkan Spiders-Man. 

Eksplorasi konflik internal tersebut akan sangat menarik karena mengundang simpati sekaligus kengerian penonton jika diangkat dalam suatu film. Pengalaman menonton yang tidak akan mereka dapati di film-film Spider-Man sebelumnya. 

3. PELUANG BAGI DISNEY/MARVEL STUDIOS UNTUK MENARIK MINAT PENGGEMAR FILM HOROR

Spiders-Man dapat menjadi salah satu peluang terbaik Disney/Marvel Studios untuk meraih pangsa pasar film horor. Disney/Marvel Studios memang lebih dikenal dengan film-film rating PG 13. 

Dari sudut pandang bisnis, film-film sejenis itu relatif lebih menguntungkan karena merangkul semua kategori umur. Lalu, untuk apa melirik pasar di genre horor yang ratingnya rata-rata Restricted (R)? 

Dalam 4 tahun terakhir, fakta menunjukkan bahwa film-film rating R juga mampu meraup keuntungan besar. Contoh: Deadpool (2016), It (2017), Logan (2017), Deadpool 2 (2018), hingga Joker (2019) yang mana semua film tersebut menghasilkan box office di atas US$ 700 juta. 

Menariknya, sebagian besar adalah film adaptasi komik pahlawan super. Sementara itu, menurut situs the-numbers.com, pangsa pasar film horor berada pada angka di atas 6% secara konsisten sepanjang periode 2016-2020. Pencapaian serupa adalah pada periode 2005-2007. Bahkan, tahun 2020 mencatat rekor tertinggi, yaitu 12.04%. 

Fakta-fakta tersebut mungkin yang mendorong Disney/Marvel Studios untuk mulai membuka ruang eksplorasi bagi cerita atau karakter yang masuk dengan kriteria horor dan/atau rating R. 

Mereka melanjutkan proyek film Deadpool 3, memasukkan elemen menyeramkan di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022), dan memperkenalkan karakter dengan isu kepribadian ganda seperti Moon Knight. 

Spiders-Man akan sangat cocok ke dalam kriteria-kriteria tersebut. Mempertimbangkan popularitas Spider-Man dan peningkatan minat penonton terhadap film horor, maka kelihatannya Spiders-Man adalah jalannya. 

4. PELUANG BAGI SONY PICTURES UNTUK MEMBUAT VERSI FILM SPIDER-MAN TANPA KETERBATASAN KREATIVITAS

Sepanjang perjanjian antara Disney/Marvel Studios dan Sony Pictures masih berlaku, maka Sony tidak dapat leluasa membuat kisah Spider-Man versi Tom Holland tanpa terikat dengan jalan cerita di Marvel Cinematic Universe (MCU). 

Terlepas bahwa perjanjian ini saling menguntungkan, tentu Sony memiliki keinginan untuk dapat menggunakan karakter Spider-Man sesuai rencana mereka. Nah, Spiders-Man dapat menjadi salah satu solusinya, terutama seiring MCU mulai memperkenalkan elemen multisemesta. 

Sony dapat mengembangkan kisah Spiders-Man jika Disney/Marvel Studios memutuskan untuk tetap fokus pada Spider-Man versi Tom Holland. Apakah hal tersebut mungkin dilakukan dari sisi legal kontrak mereka? 

Pada tahun 1990-an, Marvel menjual lisensi karakter Spider-Man ke Sony. Lalu, berdasarkan kontrak Marvel-Sony yang bocor di tahun 2014, diketahui bahwa Sony berhak untuk membuat serial tv, animasi, dan film tentang Spider-Man serta berbagai jagoan dan penjahat Marvel yang muncul di cerita komik Spidey. 

Karena itu, mereka bisa memproduksi film animasi Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) pada saat yang sama dengan produksi film live-action Spider-Man. 

Dengan asumsi isi kontrak tersebut belum berubah, maka film Spiders-Man lebih dari sekedar probabilitas. Sony pun dapat lebih leluasa dan kreatif dalam mengembangkan ceritanya tanpa terikat MCU. 

Tidak perlu kuatir juga dengan kemungkinan "persaingan" antar versi Spider-Man karena Spiders-Man akan memiliki pasar tersendiri. Selain itu, di era sekarang, kita tentu sudah terbiasa melihat berbagai versi jagoan dari DC Comics di media televisi dan film yang diperankan oleh aktor-aktor yang berbeda. 

5. MOMEN YANG TEPAT UNTUK MEMBUAT FILM SPIDER-MAN DENGAN KISAH LEBIH KELAM

Semenjak kemunculan film The Dark Knight pada tahun 2008, beberapa studio film melakukan pendekatan serupa. Karya Christopher Nolan ini sukses menginspirasi film-film pahlawan super lain untuk mengadopsi pendekatan yang lebih dark dan grounded. 

Salah satunya adalah The Amazing Spider-Man (2012). Sony berupaya membuat cerita dan karakter Peter Parker/Spider-Man yang lebih realistis, kelam, dan tragis. 

Pada umumnya, penggemar menyukai pendekatan tersebut, tetapi banyak pula jalan cerita yang kurang berkembang. Film Spider-Man 3 (2007) arahan Sam Raimi sebenarnya telah mencoba hal sejenis dengan fokus pada rasa dendam Peter Parker terhadap pembunuh Paman Ben. Sayangnya, film ini mendapat respon kurang baik. 

Menurut penulis, film-film tersebut kurang berhasil mengangkat sepenuhnya kisah Spider-Man yang lebih kelam karena karakterisasi asli Spidey tidak mendukung pendekatan tersebut. 

Di buku komiknya, Peter Parker/Spider-Man dikenal sebagai karakter yang optimis dengan ocehan lucunya bahkan di situasi yang sangat berbahaya sekalipun. 

Dia dibesarkan oleh keluarga yang baik meskipun tidak oleh orang tuanya. Peter Parker bukan Bruce Wayne, sehingga pendekatan ceritanya pun seharusnya berbeda. 

Di sisi lain, Spiders-Man adalah karakter yang memang tercipta dari kekelaman. Bahkan, di dalam penampilan terakhirnya di komik, Spiders-Man justru berpindah haluan ke sisi kejahatan dan bersekutu dengan Spider-Nor-Man untuk mengalahkan The Superior Spider-Man. 

Segala aspek dalam cerita Spiders-Man akan sangat potensial dalam mendukung pendekatan yang lebih kelam. He's totally a different kind of Spider-Man. 

6. SPIDERS-MAN DAPAT MENGUBAH PERSEPSI PENGGEMAR TERHADAP KARAKTER SPIDER-MAN

Para penggemar tidak akan lagi melihat Peter Parker/Spider-Man dengan persepsi yang sama setelah menonton kisah Spiders-Man. Dengan asumsi bahwa film tentang Spiders-Man akan dibuat, kisahnya dapat tetap berfokus pada Peter Parker. 

Namun, ini adalah kisah Peter Parker dengan kehidupan yang sama sekali berbeda dengan Peter Parker yang kita kenal. Kita tidak lagi berhadapan dengan untold story, melainkan all new, all different story. 

Spiders-Man akan memberikan shock effect kepada penonton. Kita telah melihat Spider-Man versi lain, seperti Miles Morales. Ceritanya memang berbeda dengan Peter Parker. Namun, itu merupakan suatu kewajaran karena Miles bukan Peter. 

Mereka adalah orang yang tidak sama. Sedangkan, Spiders-Man sebelum kecelakaan adalah Peter Parker yang sama dengan yang kita kenal. Kemudian, kisahnya berubah sepenuhnya. Begitupun dengan pandangan kita terhadap seorang Peter Parker/Spider-Man. 

7. COCOK DEBUT DI FILM DOCTOR STRANGE IN THE MULTIVERSE OF MADNESS

Film sekuel Doctor Strange akan berurusan dengan kegilaan multisemesta, sehingga menjadi tempat dan waktu yang tepat untuk memperkenalkan Spiders-Man. 

Bisa saja salah satu dunia yang diperlihatkan dalam film ini adalah dunia tempat tinggal Spiders-Man. Itu akan sangat cocok dengan kategori madness karena dunia ini memiliki Spider-Man yang menyeramkan. Film ini juga disutradarai oleh sutradara trilogi film Spider-Man original yang juga sekaligus sutradara film-film horor, yaitu Sam Raimi.  

Penulis pikir Spiders-Man akan sangat relevan untuk melakukan debut di film tersebut, mungkin dengan kapasitas sebagai cameo dalam adegan yang tidak mudah terlupakan oleh penonton. 

Bila kemunculan Spiders-Man mendapatkan respon baik dari para penonton dan kritik, mungkin Disney/Marvel Studios dan/atau Sony Pictures dapat membuat film atau serial televisi standalone tentang Spiders-Man sebagai kelanjutannya. Rekomendasi kandidat sutradara dari penulis antara lain yaitu Guilermo Del Toro, James Wan, Leigh Whannell atau bahkan Sam Raimi sendiri.

Itulah 7 alasan Spiders-Man layak tampil di film Marvel. Kalau menurut kalian apakah karakter ini pantas dapat kesempatan muncul di film live-action? Atau kalian punya pilihan Spider-Man versi yang lain?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun