Sandang, pangan dan papan adalah tiga kebutuhan pokok manusia yang seharusnya setiap insan dapat memilikinya dan menguasainya demi keberlangsungan hidupnya.
Dari ketiga kebutuhan pokok manusia ini yang paling urgent dan menjadi perhatian seluruh bangsa dan negara adalah tentang pangan. Bahkan dalam SDG's atau Sustainable Development Goal's yang ditetapkan organisasi dunia PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menempatkan fokus penanganan kelaparan menjadi goal's nomor 2 dari 17 SDG's.
Hal ini menunjukkan bahwa perhatian dunia atas kestabilan dalam pemenuhan pangan dengan tujuan akhir menjadikan dunia tanpa kelaparan sangat penting untuk dapat direalisasikan.
Apalagi saat ini kita menghadapi beragam krisis global mulai dari krisis stabilitas kawasan, krisis perubahan iklim, krisis ekonomi yang berimplikasi terhadap rentannya pasokan pangan di dunia dan menjadikan ketahanan pangan di beberapa negara menjadi terganggu.
Keadaan inilah yang kemudian menyebabkan efek berantai dan menimbulkan krisis ketahanan pangan. Krisis ketahanan pangan saat ini mulai terasa sampai di tingkat individu/keluarga. Harga pangan mulai merangkak naik, jumlah supply pangan juga menurun secara kuantitatif.
Di pemerintahan sendiri juga sudah melakukan beberapa langkah-langkah strategis guna menjaga ketahanan pangan, mulai dari kebijakan food estate, subsidi pupuk dan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pangan melalui research and development teknologi pangan. Namun demikian, peran aktif pemerintah ini bisa tidak berarti tanpa ada dukungan dari stakeholders, pelaku produsen pangan dan juga masyarakat umum.
Di sisi lain, masih minimnya peran serta masyarakat dan individu dalam menjaga ketahanan pangan menjadi concern kita bersama, mulai dari upaya mendorong kesadaran meminimalisir kebiasaan membuang-buang makanan, mengurangi kegiatan pemborosan dalam proses produksi pangan, hingga menggerakkan keinginan secara komunal untuk melakukan kegiatan produktif misalnya penanaman sayur mayur, buah buahan dan umbi umbian di halaman dan tanah tidur milik individu masyarakat.
Berarti dari sini memang harus ada upaya menjaga ketahanan pangan dari sisi input dan output. Karena ketahanan pangan itu bukan semata mata hanya dari bagaimana kita memproduksi pangan, tapi juga bagaimana kita melakukan tindakan efisiensi dalam mengolah makanan.
Kita bisa lihat bagaimana kebiasaan membuang buang makanan masih terjadi dimana mana, paling kelihatan adalah ketika diadakan pesta, jumlah makanan yang terbuang begitu banyak dan menggunung di tempat sampah.
Untuk itu perlu kiranya didorong gerakan kesadaraan masyarakat secara massive untuk mengkonsumsi makanan secara cukup dan terukur.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya