Tidak bisa dipungkiri lagi, teknologi saat ini tumbuh dan berkembang dengan amat pesatnya. Siapa mengira bahwa saat ini, manusia dapat mewujudkan sesuatu yang dulu hanya sebatas mimpi dan khayalan.Teknologi terus berkembang, seiring dengan hasrat manusia untuk dapat hidup lebih nyaman dengan segala fasilitas penunjang yang mampu mempermudah aktivitas manusia serta multytasking atau dapat mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang bersamaan.Â
Beberapa tahun yang lalu, utamanya sebelum Pandemi Covid-19, manusia bekerja dan beraktivitas secara manual, seperti untuk bekerja misalnya, seseorang secara rutinitas akan pergi ke kantor dari pagi hingga petang, anak anak ke sekolah berangkat dari pagi hingga siang. Semua melaksanakan kegiatan secara manual di tempat yang bernama kantor, perusahaan, sekolah atau universitas.
Ketika Covid-19 melanda sebagian besar wilayah di dunia, mengharuskan orang membatasi diri untuk keluar rumah dan berinteraksi langsung antar sesama manusia, mengakibatkan lumpuhnya sektor usaha, sektor pendidikan dan sektor layanan publik.Â
Manusia akhirnya menciptakan sebuah terobosan teknologi yang berbasis pada work from home atau activity from anywhere. Sehingga roda usaha dapat dilakukan dari mana saja dengan menggunakan teknologi daring seperti zoom meeting, google meet atau skype.
Begitu juga di dunia pendidikan, teknologi pembelajaran jarak jauh juga bisa menggunakan teknologi daring dan pembelajaran mandiri berbasis internet.Â
Begitu cepat dan pesatnya perkembangan teknologi ini, kadangkala tidak bisa diikuti atau dibarengi dengan peningkatan fasilitas pendukungnya.
Salah satu contoh konkritnya adalah meningkatnya kebutuhan fasilitas pendudukung jaringan yang berupa kabel koneksi. Kabel koneksi yang merupakan sarana pendukung utama kelancaran dan kenyamanan suatu teknologi, seringkali di nomor duakan perhatiannya. Selama koneksi baik baik saja, maka penataan dan manajemen pengaturan kabel koneksi bisa diabaikan atau bukan jadi top priority.Â
Alhasil di sekeliling rumah kita banyak kabel koneksi menjuntai tak terurus dengan baik dan kadang di beberapa titik terlihat seperti benang kusut yang tidak bisa diurai.
Penulis pernah beberapa kali melaporkan ke pihak berwenang terkait begitu ruwet, kumuh dan tak terawatnya kabel koneksi di lingkungan perumahan kami, namun tidak ada tindakan yang berarti untuk penanganannya.
Kabel koneksi terutama di kota kota besar, bisa kita lihat dalam satu tiang penghubung terdapat puluhan kabel koneksi dari mulai kabel listrik, kabel telephon, kabel internet dan entah kabel apa lagi yang dipasang menjadi beban tiang-tiang kabel koneksi.Â
Kadangkala karena beban yang ditanggung untuk satu tiang penyangga sudah melebihi kapasitas, menyebabkan tiang penyangga mengalami pergeseran atau kata lainnya sudah melenceng dan ada potensi untuk rubuh.
Kondisi inilah yang seringkali menjadi pangkal bahaya khususnya ketika ada angin kencang atau hujan deras. Belum lagi faktor eksternal lainnya, walau kecil pengaruhnya namun cukup signifikan membuat tampilan makin kumuh adalah sampah layang-layang yang nyangkut di kabel koneksi.Â
Seyogiyanya permasalahan penanganan kesemrawutan kabel koneksi ini menjadi concern pemerintah daerah dalam konteks penataan tata ruang.
Selain menata ulang jalur kabel koneksi yang ada, perlu kiranya pemerintah daerah bekerjasama dengan para provider seperti PLN, Telkom, ataupun provider lainnya guna mengurai benang kusut kabel koneksi.
Jika tidak bisa dilakukan secara menyeluruh, setidaknya dilakukan secara bertahap dengan pola kerjasama CSR atau dari dana APBD masing-masing. Mengurai kabel koneksi "kusut" selain mempercantik tata ruang, pastinya juga akan mempermudah/memperlancar koneksi dari teknologi tersebut.Â
Walaupun hanya sebagai supporting, manajemen pengelolaan jaringan dan instalasi perlu mendapatkan perhatian bagi semua pihak, karena sehebat apapun teknologi dan masih menggunakan jaringan kabel sebagai sarana untuk mendeliver outputnya, perlu sekali untuk difikirkan baik jangka pendek ataupun jangka menengah bagaimana mengelolanya agar tidak menjadi benang kusut di kemudian hari.
Dan ini sekali lagi bukan tanggungjawab satu institusi saja misalnya dinas telekomunikasi tapi merupakan kerja besar bersama di internal satuan kerja perangkat daerah yang terkait, misalnya dinas tata kota, dinas pekerjaan umum, hingga dinas perindustrian juga perlu peran aktif baik koordinasi ataupun sharring pembiayaan dengan institusi lain di luar pemerintah seperti BUMN kelistrikan dan telekomunikasi serta unit unit swasta lainnya yang berkepentingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H